Lift-off of the Saturn V rocket, carrying astronauts Neil Armstrong, Michael Collins, and Edwin "Buzz" Aldrin Jr, along with 6,700,000 pounds (3,039,000 kg) of fuel and equipment into the Florida sky, bound for the Moon, on July 16th, 1969.


Lift-off roket Saturn V, membawa astronot Neil Armstrong, Michael Collins, dan Edwin "Buzz" Aldrin Jr, bersama dengan £ 6.700.000 (3.039.000 kg) bahan bakar dan peralatan ke langit Florida, menuju Bulan, pada tanggal 16 Juli 1969.


Bersamaan dengan itu; saat mereka mengangkasa, aku lahir ke dunia!!

Desain Grafis untuk Majalah dan Tabloid


Jika mimpi Anda menjadi kenyataan, yakni naik kapal mewah bernama Royal Viking Sun yang berkeliling di seputar Laut Tengah, salah satu “sarapan” Anda setiap pagi adalah sebuah bulletin setebal delapan halaman. Royal Viking Skald nama “Koran pagi” itu.

Cukup istimewa dengan bulletin itu, dimana bulletin itu diproduksi dan dicetak sepenuhnya di atas kapal, di tengah laut, dan disajikan kepada pembacanya --penumpang kapal itu– setiap hari. Dan lebih istimewa lagi, bulletin itu dikerjakan hanya oleh seorang –satu orang saja– wanita.

Si wanita menjadi pemimpin redaksi, redaktur, reporter sekaligus penulis, melakukan wawancara dan reportase serta menghasilkan feature atau artikel lain. Tak hanya itu, dia juga menjadi designer grafis: merancang penampilan wajah bulletin, melakukan editing terhadap photo, melakukan proses komposisi halaman (paste up) dan membuat output akhir dari printer sebelum memasukkannya ke bagian percetakan kecil di dalam kapal itu. Si wanita itu memang tidak sendirian secara an sich. Dia ditemani sebuah komputer IBM-PC, sebuah laser printer, sebuah scanner dan beberapa jenis software.

Penerbitan Royal Viking Skald seperti itu dimungkinkan berkat revolusi Dekstop Publishing (DTP) –teknologi yang kini berusia 25 tahunan. DTP berjasa membuat teknik penerbitan menjadi jauh lebih sederhana, lebih mudah, dan lebih murah. DTP tidak mengubah tujuan dasar dari komunikasi yang telah ada sejak manusia masih tinggal di gua-gua: menyampaikan pesan secara efektif dan persuasive. Artinya, DTP berjasa menyampaikan pesan itu benar-benar lebih efektif (semurah mungkin, namun terjangkau sebanyak mungkin pembaca dalam tempo yang secepat mungkin) dan lebih persuasive (menggabungkan teks, bagan, dan gambar yang membuatnya lebih menarik serta mudah diserap pesannya).

TEORI DASAR
Sampai pertengahan 80-an; Desain grafis merupakan bidang kerja yang eksklusif bagi direktur artistik dan para professional desainer, namun perkembangan selanjutnya Desktop Publishing merubah paradigma itu. Pekerjaan kantor dapat dikerjakan dengan cermat di rumah dan semakin banyak orang yang dengan cepat mampu menguasai bidang itu dalam waktu yang singkat.

Desain grafis tidak memperdulikan pengalaman Anda memiliki pengetahuan desain lebih banyak dari yang anda kira, Cuma –mungkin— belum dikembangkan secara optimal karena bakat desain berhubungan dengan talenta maupun cita rasa (sense of art) seseorang.

Coba renungkan pengalaman ini;

Mengapa Anda berlangganan Koran A mengapa tidak memilih Koran B?
Anda segan membaca diktat kuliah namun tetap berusaha memperoleh ilmu darinya.
Saat nonton TV; kadangkala anda terpaku dengan ‘suatu’ iklan komersial?
Ketertarikan dengan warna pada suatu iklan.
    Dari contoh diatas, lalu mana yang lebih penting? Isi pesan atau tampilan? Jawabannya; keefektifan komunikasi tergantung pada tampilan sekaligus isinya!!

    Dalam beberapa kasus ‘cita rasa’ menjadi filter dalam menyaring pesan yang penting. Maka perlu diingat; Kesan pertama (begitu menggoda) bertahan lama. Jika gagal menciptakan kesan pertama yang mendalam, maka siklus selanjutnya pasti terancam, sebab tidak pernah dapat kesempatan kedua untuk membuat kesan pertama.

    Tantangan pada desain grafis adalah tidak ada hukum universal dan semuanya relatif. Desain yang baik selalu berdasarkan pengetahuan mendalam tentang komponen dari desain grafis dan pemakaiaan secara pantas sesuai format dan fungsi dari proyek bersangkutan.

    Desain grafis sukses bila melibatkan kriteria;

    Kemauan untuk selalu bereksperimen.
    Penuh percaya diri dengan persepsi anda.
    Mengakui bahwa desain efektif dihasilkan melalui proses; pergulatan, butuh waktu. Bukan sekali jadi!!
    Patuh dan cermat pada rincian.

      TIP GRAFIS:
      Desain grafis yang ideal yang mampu ber SUPER A
      1.    Simple (Sederhana)
      2.    Unexpected (Tak terduga)
      3.    Persuasive (Menarik perhatian)
      4.    Entertaining (Menghibur)
      5.    Relevan (Terkait dengan fungsinya)

      6.    Acceptable (Dapat diterima)


      DESAIN GRAFIS UNTUK MEDIA MASA 

      (MAJALAH ATAU TABLOID)
      Dalam media cetak, kerap kita dengar rangkaian istilah desain visual (sering disebut desain grafis) dan proses pracetak (lebih banyak dikenal dengan istilah tata artistik/tata letak). Kedua proses ini merupakan satu rangkaian sebelum proses produksi media cetak.
      Tanpa proses ini, sebuah penerbitan terasa “gersang”, tak memikat sama sekali. Apalagi, suatu komunikasi tercetak –terutama yang berbentuk majalah– akan berhasil apabila menerapkn rumus 3 E + 1 A (Efektif, Eastetis, Efisien dan Artistik); efektif dalam menyampaikan pesan, eastesis dalam penyampaiannya dan efisien dalam menggunakan bahan serta dikemas se-artistik mungkin.

      Pada tulisan ini sengaja dibatasi pada kerja desain visual dan pracetak sebuah majalah atau tabloid. Dan –agar lebih mudah diserap– tulisan ini dibuat seringkas mungkin, apalagi hal-hal teknis akan banyak dijumpai saat kita terjun didalamnya.

      Tujuan mendesain Majalah atau Tabloid (Media Cetak) pada dasarnya untuk;

      1. Membentuk identitas majalah atau tabloid sehingga mudah dikenal dan memikat (menciptakan trademark). Menambah keterbacaan berita dan menarik perhatian pembaca ke berita yang disajikan (readable).
      2. Menciptakan pola pengelompokan berita untuk memudahkan pembaca menemukan informasi yang dicari. Membuat tahapan berita, agar pembaca tahu mana yang penting dan mana yang kurang penting.
      3. Merencanakan bentuk halaman yang indah dan menarik.
      Tata artistic sebuah majalah atau tabloid dibagi menjadi dua bagian, yaitu, tata artistik kulit luar (kulit muka/cover) dan tata artistik isi dalam (halaman isi).

      KULIT  MUKA/COVER
      Kulit muka (Cover) merupakan elemen yang sangat penting karena:

      1. Wajah pertama yang dilihat konsumen sehingga ia harus cantik dan menarik.
      2. Bentuk pertama yang bertarung di toko, sehingga ia harus tampil mengesankan. Menarik untuk dilirik.
      3. Halaman pertama yang merupakan penghubung redaksi dan konsumen, sehingga ia harus cepat menyampaikan pesan atau keinginan redaksi.
      Karena itu, kulit muka harus mampu menggambarkan suatu perspektif isi, mampu berkomunikasi dengan membaca, serius dan mencerminkan kebijaksanaan jurnalistik yang obyektif, tidak mengarahkan pendapat.

      Juga, kulit muka harus protektif (agar majalah atau tabloid tidak cepat lusuh), atraktif (menarik), dan identitas (citra yang mendukung posisi pasaran).

      Beberapa elemen Kulit Muka yang perlu mendapat perhatian, diantaranya:

      Logotype/NamePlate: Nama Majalah atau Tabloid adalah elemen yang setiap kali tampil, maka harus diusahakan agar tidak hanya “dibaca” tapi dikenali konsumen. Raihlah identitas publikasi Anda secara professional melalui Name Plate yang cocok; filosofis. Maka harus ditangani secara serius karena tertera di halaman pertama dan selalu tampil/diulang. Maka harus menimbulkan citra yang mencolok dan tetap dipertahankan. Sedapat mungkin menimbulkan efek unik; mudah diidentifikasi serta dikenali. Maka visualisasi huruf pada Name Plate harus dipilih huruf yang sesuai dengan filosofi dan karakter dari majalah atau tabloid-nya.
      Ilustrasi: Photografi selalu mengesankan suatu peristiwa yang terjadi sekarang, ada (factual). Kalau gambar selalu bagus untuk mencerminkan sesuatu yang interpretative; penyajian yang simbolis dan metaforis.
      Teks (Typografi) Judul; usahakan unsur ini mudah terlihat dan terbaca, bila ada beberapa yang ingin dimunculkan maka tonjolkanlah yang lebih menarik minat pembeli.
      Komposisi dan Warna; Perpaduan antar elemen harus diusahakan saling mendukung, serasi, menarik dan indah (artistik). Sebagai alat desain; warna dapat dipakai untuk menarik perhatian pembaca, mengatur suasana, mempengaruhi emosi dan mencerahkan halaman. Warna dapat menambahkan dampak, kekuatan dan kecantikan sebuah desain, namun harus tetap dipakai secara hati-hati untuk menghasilkan dampak yang maksimal.
        Bagian-bagian yang berbeda itu harus dipasangkan bersama secara harmonis. Sebagai pertimbangan:

        Ketika merancang Cover majalah maka pertimbangkan bagaimana majalah tersebut harus bertarung di pasar dan dikelilingi majalah yang lain.
        Brosur; saat dipajang di rak, dll.

          HALAMAN ISI
          Ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan ketika Anda mendesain perwajahan isi dalam sebuah majalah, tabloid ataupun koran adalah:

          1. Relevansi: Desain grafis sukses harus proporsional, harus dinilai dari segi; kemampuan membantu pembaca mengerti isi secara mudah, benar dan cepat.
          2. Proporsi: Ukuran dari setiap unsur grafis harus ditentukan oleh kepentingan dan lingkungannya, karena tidak ada ketentuan pasti dalam desain grafis maka kesuksesan dipengaruhi oleh bagaimana baiknya setiap bagian menyatu dengan bagian yang lainnya. 
            • Judul berukuran besar dengan raung pemisah yang sempit maka akan terkesan ‘dipaksakan’,
            • Judul berukuran  kecil dengan raung pemisah besar akan terkesan ‘terurai’,
            • Pemakaiaan ketebalan garis bawah,
            • Photo yang berukuran besar  secara otomatis akan mempunyai daya pikat yang besar pula sekaligus memberi tahu pembaca akan kepentingan photo tersebut.
            • Begitu juga karakter huruf/font, jarak antara baris harus diatur dalam proporsi yang pantas.

            3. Pengarahan: Desain grafis yang efektif harus mampu mengarahkan pembaca melalui perwajahan publikasi Anda tersebut. (i) Pembaca harus dituntun secara logis untuk mengikuti urut-urutan yang teratur, (ii) Harus mampu melarutkan pembaca dari satu adegan ke adegan berikutnya secara lancar dan berurutan.
            4. Konsistensi; Desain perwajahan mengarah ke gaya terpadu (integral) Cakupannya antara lain mempertahankan typeface/jenis huruf dan ukuran yang telah dipilih; pemakaiaan jarak yang seragam pada keseluruhan tampilan halaman. Tantangan: mencari alternatif pada setiap konflik antara konsistensi dan variasi. Sasaran: menciptakan perwajahan secara konsisten tanpa kesan menjemukan.
            5. Kontras: akan memberi daya tarik yang dinamis; memberi warna pada perwajahan. Contoh; pembesaran/penonjolan, penebalan judul, photo gelap, teks diblok, raster, full blok, dll. Desain harus cukup dinamis untuk menjaga minat pembaca; tapi tetap dalam kerangka konsistensi untuk menjaga identitas yang dominan.
            6. Menyeluruh (Kesatuan): Anggaplah desain grafis merupakan gambaran visual dari permainan puzzle! Dimana Anda harus dapat menghasilkan gambar menyeluruh dari sejumlah bagian yang lebih kecil. Tidak boleh ada potongan puzzle yang terisolasi lainnya.
            7. Terpenting: Dalam merancang perwajahan isi dalam adalah ketika dua halaman dibuka bersama. Maka pusatkan perhatian pada rancangan dua halaman; bukan halaman perhalaman (jangan saling berkelahi).
            8. Pembatasan: Berusahalah menghasilkan desain yang sederhana. Pada intinya: tetap setia pada sejumlah kecermatan dalam memilih typeface, gaya dan ukurannya.
            9. Rincian: Desain adalah rincian pelanggaran kecil saja terhadap rincian dapat menghancurkan desain yang seharusnya menarik.
              Contoh kasus: 
              (i) Ruang berlebihan dibelakang titik. 
              (ii) Banyak baris terpisah yang menghasilkan ruang kosong! 
              (iii) Text wrap yang tidak pas. 
              (iv) Ketepatan Ejaan (EYD) terutama saat pemenggalan kata/kalimat. 
              (v) Pemberian outline pada photo yang tidak serasi.


              10. Proof (Pemeriksaan Bukti): untuk mengetahui penyebaran tampilan secara praktis!!

                SAATNYA BERAKSI!
                Desain grafis yang efektif harus berlandaskan keteraturan (organisasi); harus mampu menuntun mata pembaca dari satu pandangan ke yang lainnya dalam hasil bublikasi dan dapat membedakan yang penting dengan yang biasa.

                Dua unsur utama dari sebuah perwajahan halaman yakni; grafik/gambar dan typeface dapat ditentukan bentuk dan fungsinya, dapat diidentifikasikan dengan berbagai sarana organisasi halaman diantaranya;



                1. Kisi-kisi; berupa garis bantu dalam komputer yang tidak akan tercetak; menggabungkan kolom, ukuran margin (kiri, kanan, atas bawah), posisi judul & sub judul, kutipan, intro maupun komponen lain. 
                2. Gaya (Style); spesifikasi tentang tentang type/format kolom, font, ukuran font; biasanya tersimpan dalam komputer dan dapat ditampilkan berulang-ulang untuk menciptakan konsistensi.
                  Kolom; merupakan blok vertical untuk format teks, gambar atau ilustrasi. Biasanya terdiri dari 1 s/d 7 kolom, dimana makin banyak kolom maka halaman akan semakin sempit.
                  Saluran (Gutter) jarak antar kolom.
                  Margin; ruang antara tepi teks dengan batas halaman. Desain yang efektif mempertimbangkan ruang santai (space area); makin lebar maka perwajahan akan semakin terang dan sebaliknya. Jangan sampai membuat halaman yang claustrophobic (berdesakan satu sama lain hingga tepi halaman).

                  Sarana pengorganisasian lain yang harus diperhatikan adalah; bagaimana pengorganisasian teks yang mencakup; Judul, Sub judul, Caption, Kutipan, Intro, dll agar ada pembeda dan membantu pembaca mengerti secara cepat dan mudah.

                  1. Judul (Headline); akan efektif jika tampak berbeda dengan teks lainnya. Perlu efek penonjolan dan mudah dibaca/diidentifikasi.
                  2. Kicker; kalimat pendek berisi ringkasan, sebagai penghantar Headline/ Judul agar pembaca mempermudah pengelompokan.
                  3. Sub Judul; sebagai transisi; kontras visual, merinci sekaligus melokalisir informasi
                  4. Caption; keterangan gambar/photo yang berguna untuk memberi ikatan antara photo/gambar dengan bagian dokumen/teks. Caption justru sering dibaca; sebagai perangkum hal-hal penting dari isi tulisan. Ukuran harus proporsional dengan gambar/artworknya.
                  5. Header & Footer (Catatan Kepala & Catatan Kaki); berfungsi untuk menonjolkan identitas publikasi sehingga pembaca mudah melokalisir informasi yang dicari dengan mudah.
                  6. Pull-Quotes (Intro) & Side bar; Cuplikan teks yang diulang dan ditulis ringkas dengan style yang unik/menarik. Tulisan yang digeser/ditonjolkan untuk pelengkap informasi.
                  7. Bullet List (Butir Peluru); untuk penekanan penonjolan pada daftar sebagai penanda, efektif untuk iklan.
                  8. Jumplines (Sambungan tulisan) ke halaman lain. Agar menghilangkan kebingngan pembaca sekaligus mengajak pembaca menengok halaman lain.

                  PROSES KERJA & SOFT WERE
                  Mampukah kita menerbitkan sebuah bulletin seperti halnya cerita Royal Viking Skald di atas? Kenapa tidak. Anda bisa menerbitkannya sendiri bulletin dengan menggunakan komputer yang ada di meja Anda.

                  Penampilan akhir baik bulletin, majalah atau tabloid berwarna yang mewah berhutang budi pada dua hal; page-layout software dan digital typeface (tipografi).

                  Desain layout halaman adalah kerangka dari sebuah publikasi, semantara typeface adalah darahnya. Itulah sebabanya pembuatan layout dan pemilihan tipografi merupakan satu proses kerja penting dari desain grafis dan data artistik dalam DTP, yang tujuannya adalah membuat penerbitan itu lebih mudah dibaca (readable) dan seimbang secara desain (well-balanced) dalam halaman yang telah ditentukan. Itu adalah proses untuk memenuhi tuntutan praktis (dibatasi luas halaman), aestetis dan tuntutan artistik.

                  1. Memilih dan Menyusun Tipografi; Termasuk dalam proses memenuhi tuntutan aestetis adalah pemilihan tipografi (jenis huruf). Ada ribuan jenis huruf yang kini beredar di pasaran, beberapa nama yang terkenal: Helvetika, Time New Roman, AvantGarde, Arial, Futura, Palmspring, dll. Tapi Anda baru memenangkan separo pertempuran dengan menemukan huruf yang tepat. Selebihnya Anda perlu mengerti karakter tiap jenis huruf, rangkaiannya dalam kata (berapa dekat jarak huruf misalnya), besar kecilnya, kombinasinya dengan jenis-jenis huruf lain maupun  unsur grafis lain dalam halaman yang telah ditentukan. Tipografi sangat mempengaruhi tampilan media komunikasi visual yang anda buat; melebihi elemen penimbul efek lainnya. Typografi menjadi pengirim pesan penting dari informasi yang ditampilkan yang dapat mempengaruhi selera dan sikap komunikasi. Akan membantu atau justru merintangi pembaca mengerti pesan Anda. Maka harus mempertimbangkan; pengaturan kolom, lebar/jarak dan spasinya, pemilihan type ukuran, style serta bobotnya. Pilihlah typeface/tipografi yang dapat ‘bicara’ pada pembaca sesuai nada (intonasi) dalam publikasi anda, karena masing-masing punya keunikan dan ciri khas (karakter) tersendiri.
                  2. Mengolah Naskah (Text); Unsur grafis (ilustrasi dan foto) seperti juga teks adalah daging dari sebuah penerbitan. Sampai tingkat editing akhir, teks biasanya dibuat tuntas dalam program pengolah kata sebelum dimasukkan kesistem DTP, ada banyak jenis dan format: Wort Star, Wort Perfect, Xy Write, Microsoft Word ataupun Notepad. Semuanya tergantung pilihan Anda, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
                  3. Membuat Ilustrasi; Gambar bisa dibuat secara tradisional dengan pena atau kuas diatas kertas, untuk kemudian di-scan. Demikian pula photo, bisa diproduksi dalam bentuk kertas atau transparan (slide) untuk kemudian diubah dalam bentuk digital melalui scanner yang selanjutnya dapat diolah melalui program Photoshop. Sejumlah ilustrasi kini dapat dibuat di dalam komputer dengan program-program seperti Freehand, Corel Draw atau Adobe Ilustrator. Masing-masing memiliki kemampuan manipulasi gambar, bahkan sampai menciptakan efec tiga dimensi. Jika Anda menginginkan ilustarsi lebih natural, Anda bisa membuatnya didalam program seperti Fractal Painter.
                  4. Menangkap dan Mengolah Foto; Dalam perkembangan yang paling mutakir, kamera-kamera baru tadak lagi menggunakan film melainkan langsung berisi disc (gambar di lapangan langsung direkam dalam bentuk digital) dan segera siap dimasukkan kedalam komputer tanpa melalui scanner. Photo-photo yang telah diubah dalam bentuk digital belakangan juga bisa disempurnakan warnanya, dipertajam atau diperhalus tone-nya, disuper-impose, dicroping atau dimanipulasi dengan program-program seperti Corel-Paint, Photoshop atau Aldus Photostyler. Suatu gambar bernilai ribuan kata. Photo dapat meningkatkan daya & efek pada layout  dimana --yang paling utama—ialah photo adalah realita atau bukti visual dari teks yang tertera disekitarnya. Photo akan menimbulkan dramatisasi bagi pembaca dibanding ilustrasi.
                  5. Menciptakan Tabel dan Diagram; Tabel kini juga bisa dibuat didalam komputer dengan tampilan lebih manis serta mudah dicerna. Kita bisa memasukkan data-data kedalam software seperti Lotus atau Excel lalu mengeksportnya ke dalam software seperti Harvart Graphic atau CorelChard yang mengubah dalam bentuk dan warna-warna yang Anda sukai: Pie-chard, bar dan sebagainya. Selanjutnya juga bisa digabungkan dengan gambar yang telah dibuat melalui Corel Draw, Freehand atau Adobe Ilustrator.
                  6. Merancang Halaman; Jika teks, grafis, photo sudah siap, yang Anda butuhkan kini adalah sebuah software page-layout yang akan menyatukan kerangka, daging dan darah itu. Dimana gambar dan unsur grafis itu diletakkan di halaman, beberapa susunan huruf dan sebagainya. Ada beberapa program untuk ini, beberapa yang terkenal adalah Corel Ventura, PageMaker dan QuarkXperss. Tapi dapat juga diolah melalui Corel Draw X3.
                     
                  Mimpi naik kapal mewah bernama Royal Viking Sun dan berkeliling di seputar Laut Tengah mungkin tidak akan pernah menjadi kenyataan.
                  Paling tidak, Anda harus mampu menampilkan suatu karya terbesar dibidang desain komunikasi visual setelah mengikuti tulisan ini. Katub waktu dan perjalanan kita menyatukan puzzle kehidupan yang akan menjawab. 


                  Semoga, mimpi Anda kali ini benar-benar jadi kenyataan!!!


                  Pengalaman Paling Berkesan bagi Penulis di Bidang Desain Grafis:   

                  Menghantarkan Koran Mahasiswa Pabelan Pos sebagai Juara I untuk Perwajahan Isi Dalam (Kategori Tabloid) Penerbitan Kampus Tingkat Nasional versi Majalah Berita Mingguan GATRA pada tahun 1995.

                  Bersama Tim Kreatif PT. Tecma Mitratama Advertindo (Sebagai copywriter & Visualizher) mendapat penghargaan Medali Perak Pinasthika Widyawara 2004 (Ajang adu kreasi antar Biro Iklan Jateng DIY). Katergori Board/Media Luar Ruang dengan Materi: Harian Umum SOLOPOS; Pilihan serasi untuk informasi terkini.



                    Noordin M Top Mati di Jebres

                    Keheningan malam kampung yang berbukit dan gersang serta rimbun dengan barongan ori --pohon bambu-- dan berada 200 meter di sisi barat jalan lingkar (ring road) menuju Karanganyar itu terusik oleh rentetan tembakan dan dentuman bom. Lebih dari 5 jam penduduk Kampung Kepuhsari dicekam ketegangan.

                    Dan ketika pagi mulai merekah, mereka mendengar kabar Gembong Teroris yang diburu Densus 88 hampir 10 tahun, Noordin M Top telah mati diterjang peluru dan ledakan bom yang dirakitnya. Ya, kampung yang berada di ujung utara dan bampir berbatasan dengan kabupaten karanganyar itu adalah Kampung Kepuhsari Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

                    Kecamatan Jebres adalah kecamatan terbesar diantara 5 kecamatan yang ada di KotaSurakarta. Kecamatan Jebres memiliki 11 kelurahan; Mojosongo berada diujung utara, Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Sudiroprajan, Kepatihan Wetan, Kepatihan Kulon, Purwodiningratan, Sewu, Gandekan dan Pucangsawit.

                    Pelarian buronan paling dicari di Indonesia, Noordin M Top akhirnya terhenti pada Kamis (17/9) pagi. Dalang sejumlah aksi terorisme itu tewas diberondong timah panas tim Densus 88 dalam penyergapan sebuah rumah di Kampung Kepuhsari RT 03/RW XI, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.

                    Akhir perburuan Noordin berawal dari penangkapan dua orang anggota Kelompok Urwah dan Aji. Pukul 11.30, petugas menangkap Rohmad Puji Prabowo alias Bejo di Pasar Gading, Solo. Rohmad pun diinterograsi, dan dari sini, petugas menangkap Supono alias Kedu pukul 15.00. "Interograsi berjalan di lapangan dan alhamdulillah, dua orang ini memberi petunjuk, di Kampung Kepuhsari ada beberapa orang pelaku teror yang ada di sana. Rumah itu adalah rumahnya Susilo alias Adib," ujar Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta.

                    Kemudian, pukul 23.30 petugas mengevakuasi masyarakat sekitar rumah itu. Setengah jam kemudian, pukul 12.00, petugas mencoba mendobrak pintu. Namun, petugas langsung disambut dengan tembakan. Mereka pun mundur dan meminta lima orang yang berada di dalam rumah itu untuk menyerahkan diri. Namun, hal itu tetap disambut dengan berondong tembakan yang diikuti teriakan heroik. Petugas tak mau ambil risiko dan melakukan perlawanan.

                    "Mereka tetap tidak mau menyerahkan diri. Ada sepeda motor di rumah tersebut, karena terkena tembakan, akhirnya meledak. Mereka berusaha mengamankan diri di kamar mandi. Anak-anak lalu melakukan breaking wall," ujarnya. Beberapa saat kemudian, pada Kamis pagi, kelima orang di dalam rumah itu berhasil dilumpuhkan.

                    Saat mengevakuasi tersangka dan diperkuat dengan hasil forensik, polisi mengetahui identitas kelima tersangka. "Alhamdulillah, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, pelaku pengeboman Kedubes Australia yang pernah dihukum tujuh tahun dan empat tahun hukuman percobaan sekaligus orang yang mempersiapkan bom di Jatiasih, bisa dilumpuhkan. Dia pernah diketahui di Solo, tapi karena pemberitaan media, dia lepas. Satu korban tewas Urwah ini merupakan ahli pembuat bom. Ini yang melegakan kita salah satunya," ucapnya.

                    Lalu, ada Hadi Susilo sang penyewa rumah tersebut. Dia juga dievakuasi dalam keadaan tewas. Petugas juga menemukan murid langsung dr Azhari, Aryo Sudarso alias Aji. Sementara itu, korban yang selamat adalah istri Susilo, Munawaroh. Wanita yang sedang hamil itu telah dievakuasi ke RS Kramat Jati Polri karena mengalami luka tembak.

                    "Terakhir, telah kami periksa dari data antemortem dan sidik jari yang dikirim dari PDRM Police Diraja Malaysia, alhamdulillah dengan kebesaran Allah, dari minimal 11 titik kesamaan pada masing-masing jari, kami menemukan 14 titik kesamaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Ke-14 titik ini identik dengan DPO yang kita jadikan target. Dia adalah Noordin M Top!" kata Kapolri. Namun, lanjut dia, ini bukanlah akhir dari perburuan Polri. Sebab, masih ada teroris lain yang berkeliaran di luar.

                    Namun, dengan tewasnya Noordin M Top, minimal terorisme di Indonesia akan butuh waktu yang lama untuk menggalang kekuatan. Bahkan, masyarakat berharap dengan terbunuhnya Gembong Teroris dari Negri Jiran itu, terorisme di Indonesia akan segera berakhir.

                    MK Tolak Pelarangan Iklan Rokok



                    Mahkamah Konstitusi (MK) akhirnya menolak permohonan judicial review yang diajukan Komnas Anak dan Lembaga Perlindungan Anak. Lembaga ini meminta agar iklan mengenai rokok dilarang.


                    "Mengadili permohonan pemohon untuk ditolak seluruhnya," kata Ketua MK Mahfud MD di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Kamis (10/9/2009). Meski permohonan itu ditolak, 4 orang hakim MK menyatakan dissenting opinion. Empat orang hakim itu adalah Maruarar Siahaan, M Alim, Ahmad Sodiki dan Harjono.

                    Maruarar menyatakan industri rokok adalah industri yang sangat jahat. Industri ini di negara maju ditentang dan ditolak. Kemudian industri ini dialihkan ke negara berkembang karena peraturannya yang lemah. "Ini sangat merugikan anak sebagai genarasi muda," katanya.

                    Sementara itu anggota tim kuasa hukum Komnas Anak, Muhammad Joni menyatakan menerima putusan itu. Namun akan mencari jalan lain untuk melarang iklan rokok. "Kita hormati, namun nanti kita coba mengajukan kembali melalui UU yang berbeda seperti UU Perfilman dan UU Pers," katanya.

                    Dalam pertimbangannya, MK menyatakan sampai saat ini rokok masih produk legal. Karena itu iklan rokok juga dilegalkan sama seperti produk lainnya. "Selain itu banyak penduduk Indonesia yang sampai saat ini bergantung pada industri rokok baik langsung ataupun tidak langsung," kata hakim MK Akil Muchtar.

                    Secara pribadi, aku jadi susah untuk berpendapat!!! Senang dan susah campur aduk jadi satu. Karena aku termasuk bagian apa yang disebutkan hakim MK Akil Muchtar, penduduk Indonesia yang sampai saat ini bergantung pada industri rokok.

                    Aku bekerja sebagai pekerja di perusahaan yang bersinergi langsung dengan industri rokok, yaitu perusahaan industri spanduk yang hingga saat ini sangat bergantung pada pesanan order dari perusaan rokok, sebut saja; Gudang Garam dan Djarum!

                    Dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, PT Atria Bentara Communica, tempat aku bekerja tentu akan kelimpungan apabila iklan rokok dilarang…

                    Ilustrasi; sebagai pemborong yang mengerjakan orderan sekitar 20.000 pcs sunscreen (layar toko) dari Gudang Garam dengan ukuran 2 meteran, total 40.000 meter, order itu dapat kami kerjakan dalam waktu 4 hari dan kami --sekitar 40 orang tenaga sablon-- tiap pekerja 'hanya'memperoleh upah perhari sekitar Rp 70.000,- sehingga selama 4 hari memperoleh upah sekitar Rp. 280.000,-

                    Cukup lumayan memang, namun order tersebut kami terima kira-kira 3 bulan sekali! Apabila peluang memperoleh upah yang lumayan itu nantinya hilang karena penerapan undang-undang larangan iklan rokok, kita tentu hanya bisa ngelus dada…..

                    Sumangga kersa…



                    Titip Rindu Buat Ayah



                    Dimatamu masih tersimpan selaksa peristiwa

                    benturan dan hempasan terpahat dikeningmu
                    kau nampak tua dan lelah
                    keringat mengucur deras
                    namun kau tetap tabah

                    Meski nafasmu kadang tersengal
                    memikul beban yang makin sarat
                    kau tetap bertahan

                    Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
                    keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
                    bahumu yang dulu kekar
                    legam terbakar matahari
                    kini kurus dan terbungkuk

                    Namun semangat tak pernah pudar
                    meski langkahmu kadang gemetar
                    kau tetap setia

                    Ayah,
                    dalam hening sepi ku rindu
                    untuk menuai padi milik kita
                    tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
                    anakmu sekarang banyak menanggung beban.


                    Lantunan merdu lagu berjudul Titip Rindu Buat Ayah dari Ebiet G Ade memecah keheningan tengah malam. Lagu itu serasa menghantar butir-butir kenangan dan pendar-pendar rasa rindu akan sosok yang selama ini aku kagumi. Dimataku dia adalah sosok yang hebat...

                    Benar, dia adalah ayahku; H. Soeparno Hadimartono, BA. Dia bukan seorang pejabat publik, saudagar ataupun pejabat tinggi. Dia hanya seorang guru! Ya guru sebuah sekolah dasar di sebuah desa terpencil, Sokoboyo. Desa Sokoboyo berada disebelah utara sekitar 9 km dari kota Kecamatan Slogoghimo Kabupaten Wonogiri.

                    Dalam usianya yang menginjak 73 tahun, aku meyakini dia telah menyimpan perjalanan hidup yang panjang dan penuh makna. Dan hingga kini, dia masih tampak segar dan masih melakukan aktifitas yang cukup berat seperti dangir di kebun, ngarit pari di sawah maupun mengurusi rekan-rekannya pensiunan di PWRI Kecamatan Slogohimo dalam memperoleh hak dana pensiun dan berbagai hal administrative lainnya. Kadang sampai seminggu 2-3 kali harus bolak-balik Slogohimo-Solo mengurusi proses situ.

                    Semua itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas, mengalir tanpa beban. Mungkin itulah salah satu resepnya dalam mengisi waktu pensiun disamping kegiatan keagamaan yang hampir tak ada putusnya.

                    Kenangan ini aku tulis sebagai sebuah bhakti dan pengakuan bahwa dari sosoknya, aku menemukan sebuah pemaknaan hidup.

                    Jiwa seni yang aku miliki tidak lepas dari didikannya, maklum dia juga seorang guru menggambar di SMP Donoloyo, jiwa kreatifitas yang aku punya juga tak lepas dari gemblengannya. Dulu saat aku masih duduk di sekolah dasar, ketika bapak ada tugas membuat backdroop –tulisan dilayar untuk suatu acara di kecamatan-- aku sering diajak dan dilibatkan, seperti menggunting huruf dan menempelkan huruf itu di kain.

                    Sadar atau tidak, proses itulah yang telah membentuk aku menjadi seorang desain grafis.

                    Jelang ulang tahun Perkawinan Emas, Pebruari tahun 2010, aku sangat-sangat berharap anak-anaknya; Heny Rahayu, Wiyono Undung Wasito, Lilis Prastiwi, Amrih Mulyono, Kun Prastowo, Adhi Lukito dan Anin Saptantri bisa mendokumentasikan semangat dan filosofi perjalanan hidupnya dalam sebuah buku.

                    Ya, sebuah Biografi! Sebagai kado ulang tahun Perkawinan Emas;
                    H. Soeparno Hadimartono, BA – Hj. Sulamsini, BA.


                    Tari Pendet-ku


                    Malaysia sejauh ini dituduh telah mengklaim beberapa kebudayaan asli Indonesia. Misalnya Reog Ponorogo yang disebutnya Sisingaan, Tari Barong yang disebut di Malaysia sebagai Barongan.


                    Begitu juga Keris, Angklung, Batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya hingga Lagu "Rasa Sayange" yang berasal dari Ambon, dan Lagu "Es Lilin" asli Sunda.

                    Terakhir, Malaysia kembali mengklaim budaya Indonesia -- tarian pendet, Bali -- menjadi budaya mereka yang dicantumkan dalam iklan visit year mereka. Walau dari penelusuran yang dilakukan Kompas.com, isu klaim budaya Indonesia oleh Malaysia termasuk tari pendet ini sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2007.

                    Mendatang bisa jadi ukir dan arsitektur-nya, bahkan suatu saat bisa jadi ideology kita yang akan diklaim milik mereka, bisa jadi to?!!

                    Budayawan, Radhar Panca Dahana, mengatakan pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia untuk kesekian kalinya merupakan kesalahan pemerintah Indonesia sendiri. "Ya tidak apa-apa lah, kita juga suka mengambil budaya lain untuk untuk promosi," katanya.

                    Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.

                    Sedangkan negara lain, seperti Malaysia, membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk diplomasi internasional. Potensi bisnisnya bagus. "Malaysia tahu mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli. Hanya peduli pada olahraga dan program lainnya," katanya.

                    Untuk itu, kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, pemerintah harus perhatikan kebudayaan itu. "Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan, munculkan budaya kita dalam upacara-upacara, acara-acara, jangan lagu-lagu masa kini yang dinyanyikan oleh Presiden kita," tandasnya.

                    Banyak perspektif yang perlu kita cermati dari kasus ini adalah;

                    Pertama, budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa dari sebuah masyarakat yang tidak serta merta ada (ujug-ujug) namun melalui proses yang panjang. Ketika sebuah budaya diklaim sebagai milik suatu masyarakat (baca; negara), maka masyarakat tersebut harus bisa membuktikan keberadaannya. Masyarakat Indonesia tidak perlu ‘kebakaran jenggot’ atas kasus ini, karena sudah jelas-jelas budaya itu hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat Indonesia.

                    Kedua, Urat malu bangsa Malaysia yang jelas-jelas sudah tidak ‘nyambung lagi’ justru menjadi bukti memang hanya sampai disitu beradaban mereka! Kita dapat menjustifikasi bahwa bangsa Malaysia adalah bangsa pencuri, bangsa yang tidak beretika, bangsa yang tidak punya budaya!

                    Ketiga, sebuah kenyataan bahwa sebagai sebuah bangsa yang berbudaya kita justru tidak mempedulikan kebudayaan kita sendiri, hal ini terbukti justru bangsa lain yang mencoba memperkenalkan. Kini saatnya semua warga masyarakat Indonesia untuk kembali memperhatikan akar budayanya, itupun kalau masih menginginkan budaya itu lestari dan masih bisa dinikmati anak cucu kita kelak.

                    Keempat, Sebagai refleksi: Sebuah contoh kecil; apakah masyarakat Jawa masih ingat budaya Brokohan, Tedak Siten, Tembang Mocopat, dan tradisi budaya lainnya? Apalagi dalam hal berpakaiaan. Masyarakat kita sekarang sudah modern! Malu kalau menggunakan simbul-simbol budaya lokal! Tapi mengapa terusik ketika budayanya diklaim oleh bangsa lain? Mengapa kita juga tidak malu memakai cawet, kotang, t-shirt, kemeja, celana panjang ataupun jas? Padahal jelas semua pakaiaan itu bukan budaya kita?! Nah…

                    Kelima, semua permasalahan itu adalah tugas pemerintah! Bukan tugas masyarakat! Tugas masyarakat adalah melestarikan, menghayati dan mengaktualisasikan dalam segi-segi kahidupan. Bolehlah, masyarakat berpendapat, menjadi minyak, bensin atau malah TNT! Namun yang meledakkan dan punya laras panjang adalah pemerintah! Jangan benturkan masyarakat Indonesia dengan masyarakat bangsa lain.

                    Kita tunggu; apakah pemerintah masih punya rasa idealisme, harga diri dan nasionalisme dalam masalah ini….



                    Emprit Ganthil

                    (Dening; Kun Prastowo)


                    Thit … thit…. thiiirrr….
                    emprit ganthil ngidung ing pucuke wit pring
                    temlawung
                    merbawani
                    asung pratanda
                    tumekaning pati kang durung pinasthi

                    dudu patine Mbah Wiro, kang wus puput ing yuswa
                    dudu patine Lik Sonto, kang nandang papa cintraka

                    Emprit gantil ngabarake patine geni!!!
                    Geni sing murup ono dadahne para mudha

                    Geni sing kudune murub makantar-kantar kuwi wis MATI!!!

                    Ora mokal;
                    wegah gumregah tumandang gawe
                    wegah kangelan
                    golek kepenake dhewe

                    Thit … thit…. thiiirrr….
                    emprit ganthil nelangsa ing pucuke wit nangka;
                    nelangsa, ngangga angga

                    Emprit Ganthil nangisi kahanane Ibu Pertiwi
                    dudu katentreman lan kemakmuran kang onjo
                    ananging reregan kang sundul ing ngawiat
                    rasa pangarasa kang katiup ing maruta
                    jarah rayah saya ngembyah
                    tatanan bubrah

                    Thit … thit…. thiiirrr….
                    emprit ganthil miber
                    sinambi nangis tanpa luh
                    pingin mencok ing pucuke wit semboja
                    tengahing kuburan, sak pinggiring desa….

                    DONGENG, Cerita Menjelang Tidur


                    DONGENG atau cerita menjelang tidur, merupakan budaya bertutur yang sudah turun temurun menjadi tradisi ditengah masyarakat Indonesia dan hingga kini masih menjadi tardisi di sebagian keluarga.


                    Walaupun kini mulai terpinggirkan karena kalah dengan perkembangan teknologi digital seperti TV, VCD, HP dan peralatan elektronik lainnya. Alasan lain kenapa dongeng mulai ditinggalkan adalah kesibukan orang tua memburu kebutuhan maupun minimnya referensi dongeng itu sendiri.

                    Banyak pihak yang meyakini dongeng memiliki banyak sisi positif dalam proses pembelajaran dan sosialisasi anak. Karena melalui dongeng anak akan lebih mudah memahami berbagai hal.

                    Padahal dongeng merupakan sarana edukasi dan komunikasi yang efektif bagi orang tua kepada anak-anaknya, dapat menjadi sarana menumbuhkan karakter anak dengan menanamkan nilai-nilai keteladanan, nilai-nilai budi luhur, etos kerja, kreatifitas, daya nalar maupun logika anak.

                    Dongeng juga dapat menjadi filter budaya yang efektif, sekaligus pengenalan budaya nasional, penanaman nilai-nilai universal kemanusiaan, pembelajaran budi pekerti sekaligus menjadi media terjalinnya hubungan emosional orang tua dan anak.

                    Melihat kemanfaatan dongeng yang cukup dominant dan permasalahan yang kini mulai ditinggalkan, maka sudah selayaknya ketika dongeng ditradisikan kembali melalui berbagai cara dengan tujuan utama menyadarkan orang tua untuk memanfaatkan dongeng sebagai menu utama dalam mendidik anak.

                    Komunitas Peduli Anak Kandangsapi Solo (KOMPAK’s) sebagai salah satu organisasi sosial masyarakat yang konsen dan peduli akan hak-hak anak dan proses tumbuh kembang anak akan mencoba menjadi salah satu pelaku dalam proses pemberdayaan dan penyadaran orang tua untuk kembali menumbuhkembangkan dongeng di tengah keluarga.

                    Melalui proses ini, dongeng diharapkan menjadi sarana untuk membentuk karakter generasi baru hingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki hati nurani yang luhur.

                    Sebuah kegiatan ‘Nimbrung Dongeng’, dimana anak-anak dan orang tua diajak bermain bersama, disuguhi cerita-cerita menarik, interaktif dan pembagian hadiah, ketika dikemas secara menarik tentunya proses pemberdayaan dan penyadaran akan berjalan efektif.
                    ‘Nimbrung Dongeng’ juga dapat dijadikan sarana untuk sosialisasi maupun kampanye; Anti Narkoba, Human Trafficking, GWJB, AID’s, Program Pemerintah, Seni Budaya, dll.

                    Sumber certita: Buku, Koran, Majalah, Komik, Film, Internet, dan sumber-sumber lain. Sarana: Backdroop, Sound system, alat peraga, alat musik, hadiah, tansportasi, computer, printer, VCD, Proyektor, dll. Alat Peraga sebagai pendukung cerita meliputi; Wayang, boneka, mainan anak, peralatan rumah tangga, alat musik, pohon hadiah. Hadiah dapat berupa; buku, pensil, bullpen, karet penghapus, tas, mainan anak, makanan kecil/snack, dll.

                    Tapi masalahnya, kegiatan yang mulia ini harus terbentur masalah minimnya sumber dana sehingga belum dapat bergerak linear seperti perencanaan awal. Bila ada pihak-pihak yang beratensi untuk mendukung acara ini tentu akan sangat kita hargai, kita tunggu....



                    HASTA BRATA

                    Dhandhanggula:

                    (Dening: Kun Prastowo)

                    Guyub rukun dadi sedya suci
                    Warga Jebres tlatah Surakarta
                    Ki Tamso iku lurahe
                    Rukun sedayanipun
                    Anjalari santoseng budi
                    Laras budaya Jawa
                    Jumbuh kersanipun
                    Pepoyaning kautaman
                    Iku yekti tuladha tentreming ati
                    Kudu tansah dijaga

                    Warga Jebres ayo enggal bangkit
                    Mangun praja raga klawan jiwa
                    Kuncara dadi ancase
                    Lambaran guyub rukun
                    Hasta brata jiwa pribadi
                    Manjing dadi budaya
                    Ing bebrayan agung
                    Pangarsa klawan kawula
                    Eling marang sangkan paraning dumadi
                    Golong gilig ing sedya

                    Hasta brata watak kang sejati
                    Nora beda perbawaning alam
                    Surya candra kartikane
                    Haminda yektinipun
                    Sangkan parang jati Illahi
                    Nurut budaya jawa
                    Bumi geni banyu
                    Kalawan angin punika
                    Panguripan iku tan beda anasir
                    Luhur budi manungsa

                    Pralambange hasta brata yekti
                    Endra Yama Surya Candra dewa
                    Sumusup dadi jiwane
                    Kuwera klawan Bayu
                    Brama iku bathara agni
                    Baruna ya bathara
                    Banget tetep jumbuh
                    Nalusup ing raganira
                    Panutane pangarsa sagung dumadi
                    Sari pati piwulang

                    Aji mau Ujian

                    (Pitutur kanggo anakku lanang)


                    Persaingan global menuntut sumber daya manusia yang pinunjul dan mumpuni, tidak saja secara dataran akademis namun kepandaian itu harus dipadu dengan kepribadian yang baik serta dilandasi ketaqwaan.


                    Waktu tlah berjalan begitu cepatnya, mak jegagik; pagi itu aku memasuki gedung wayang orang Sriwedari, bukan untuk nonton pertunjukan wayang orang, namun menghadiri Rapat Pleno Komite Sekolah SMP Negri 25 Surakarta. Rapat dilaksanakan di gedung itu karena gedung pertemuan sekolah sedang direnovasi.

                    Tanpa terasa, anakku lanang; Iswara Aji Herlambang telah duduk dikelas IX dan beberapa bulan lagi akan mengikuti Ujian Negara, bersaing, berkompetisi sekaligus berjibaku dengan kurang lebih 11 ribu siswa SLTP se Kota Surakarta!!!

                    Passing Grade nilai kelulusan UN yang terus meningkat; 5,50 (tahun 2008/2009) tentu akan kembali meningkat di tahun 2009/2010 mendatang. Hal ini tentunya menjadi salah satu perhatianku agar anak lanang lolos UN.

                    Cerita tentang anakku lanang: Iswara Aji Herlambang. Dia lahir pada tanggal 29 Nopember 1994 sekitar jam 08.30 WIB di Rumah bersalin Dr. Oen Kandangsapi Jebres, dia lahir ketika aku mencari pembicara ke Jogja untuk mengisi acara seminar --maklum ketika itu aku masih 'asyik' dengan dunia kampus-- sehingga kelahirannya tidak aku tunggui. Padahal ketika dia jelang lahir, orang rumah --mertua dan adik-adik ipar-- geger dan bingung karena harus menentukan operasi ketika sampai jam 08.45 si jabang bayi tidak juga lahir, karena ketika itu air ketuban sudah pecah....

                    Orang Jawa bilang; Asma kinarya japa, artinya nama adalah sebuah do'a dari orang tua. Maksud nama itu menurut intepretasiku adalah; iswara = pemimpin, aji = kemampuan (latar belakang aku memilih AJI, karena ketika itu lagi gandrung-gandrungnya dengan Aliansi Jurnalistik Independen, maklum bekas pers mahasiswa) dan herlambang = simbol-simbol air. Aku menggantung harapan anakku lanang kelak menjadi seorang pemimpin yang memiliki kepribadian seperti filosofi air. Pemimpin yang penghidupan --nguwongke uwong, pemimpin yang senantiasa mengalir ke bawah ataupun pemimpin yang berfikiran jernih, bening.

                    Kesempatan tidak datang dua kali!!! Itu yang selalu aku tekankan padanya, maka jangan sia-siakan kesempatan, jangan sia-siakan waktu.

                    "Mendingan mandi keringat saat latihan daripada bersimbah darah saat perang!!"
                    "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian"

                    Kini semuanya tergantung padamu; mau sukses atau tidak, semua daya upaya ada pada kamu. Orang tua, sanak saudara dan kerabat hanya bisa memberi motivasi; bahwa kamu BISA!!!!

                    Harapan bapak yang aku titipkan melalui namamu merupakan harapan tertinggi yang ingin bapak lihat, ingin bapak banggakan....

                    Selamat berjuang....

                    Ada yang Baru


                    Sesuatu yang baru kadang membuat kita, jengah, kaget dan bahkan bingung! Kondisi ini akan dialami dimanapun dan kapanpun. Padahal, kita menemukan sesuatu yang baru tersebut secara berulang, sering…..


                    Justru kekagetan dan kebingungan itulah yang membuat sesuatu yang baru menjadi special, dan ternyata banyak orang yang memburu, mencari sesuatu yang baru itu hanya untuk kekagetan dan kebingungan secara massif…
                    Bahkan dalam salah satu iklan parfum menjadikan copywrite-nya dengan sebuah kata tegas; “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda!” Nah..

                    Kita ajukan contoh pertanyaan kecil; Apakah Anda kaget ketika pertama kali mendengar Mbah Surip meninggal? Apakah Anda kagum dengan Mbah Surip?
                    Kalau jawaban anda; Ya! Berarti Anda termasuk kelompok yang ‘tidak telmi’ dan ‘tidak bosenan’.

                    Kalau Anda bertanya kepada saya tentang pertanyaan tersebut, maka jawaban saya, jelas YA! Alasannya? Simple saja, kita telah kehilangan sosok yang dapat mengajak dunia tertawa dan mentertawakan dunia! Hua… haaa… haaa…… Mbah Surip adalah sosok yang sederhana dan konsisten dengan pilihan hidupnya, sementara Anda?!!!
                    Mbah Surip merupakan seniman Indonesia ‘pertama’ yang mampu mendulang sukses di usia senja-nya, dia juga seniman Indonesia ‘pertama’ yang berani menawarkan jenis musik yang jenaka dan apa adanya…

                    Satu hal lagi, dalam terminology bahasa Jawa, Surip terdiri dari dua suku kata; su + urip, su artinya indah, bagus atau baik, sementara urip berarti hidup. Maka, Surip berarti Hidup yang indah….
                    Hal ini merupakan pertanda alam?!! Dengan meninggalnya Mbah Surip, apakah hidup yang indah akan sirna juga dari Bumi Pertiwi?!

                    Sudah selayaknya, Anda yang masih memiliki kekagetan-kekagetan dan kekaguman-kekaguman bisa hidup tenang sembari menggantungkan harapan untuk senantiasa menjumpai kekagetan-kekagetan dan kekaguman-kekaguman itu…

                    Langkah besar dan kesuksesanpun juga bermula dari langkah pertama.

                    Nikmati hal yang pertama, yang baru dengan sepenuh hati….

                    TIRAKATAN 17 AGUSTUS 2009

                    PROSESI KIRAB TUMPENG ROBYONG


                    Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.20 menit ketika kenthongan nada Uluk-uluk ditabuh Pak RT, lalu Pembawa Acara membuka Acara Malem Tirakatan 17 Agustus 2009 di kampung Kandangsapi Jebres Solo.

                    Aku mulai mendalang…..

                    Dhedhep tidem prebawaning ratri
                    Sasadara wus manjer kawuryan
                    Tan kuciwa memanise
                    Menggep srinateng dalu
                    Siniwaka sanggya pra dasih
                    Aglar neng cakrawala
                    Winulat ngelangut
                    Prandene paksa kebegan
                    Saking kehing taranggana kang sumiwi
                    Warata tanpa sela

                    Gending pembuka dari CD, Prosesi dimulai……

                    Kocap Kacarita: Minangka jangkeping carita, katingal wonten sunar saking ketebihan ingkang cumlorot hanelahi, inggih sunaring kampung Kandangsapi RT 1 RW 33 ing ratri kalenggahan punika.

                    Sinebat kampung Kandangsapi, amargi duk samangke, rikala Susuhunan Ingkang Kanjeng Sinuhun Paku Buwana kaping VII ngasta pusaraning adil ing nagari Surakarta Hadiningrat, kepareng ngingah rajakaya arupi lembu. Pramila hanetepaken tlatah ing iring ler wetan sacelaking kali Anyar kadadosaken kandang. Amargi rejaning jaman; kampung kalawau sinebat kampung Kandangsapi.

                    Lah menikata warnanira, kampung Kandangsapi ingkang tata titi tentrem kerta raharja. Wonten ing dinten Sukra Kasih, surya kaping 16 Agustus 2009; karang tumaritis ing Kandangsapi ketingal gilar-gilar, kadya taman ing swarga loka.

                    Punapa ta werdinipun, bilih dalu punika para warga kampung Kandangsapi makempal sawiji. Datan sanes; hamung badhe nyawijekaken cipta rasa karsanipun, saperlu hangestungkara, caos pandonga suci wonten ngarsanipun Gusti Ingkang Akarya Loka, ingkang sampun paring kanugrahan arupi kamardikan dhumateng bangsa Indonesia duk rikala 64 warsa kapengker.

                    Palenggahan sampun ginelar asesamak babut, sinebaran sari-sari ginanda lisah jebat kasturi, ketingal arum gandanya, hangebaki ing madyaning pahargyan. Swasana tidem premanem tan ana sabawa, ingkang kapireng hamung lamat-lamat swaraning pradangga munya hangrangin, sinela swaraning widuwati kang hanyapih sepining swasana, lamun ta kepireng saking katebihan pating calengklang, pating calengkling imbal gantya ing mandaraga.

                    Sampun dumugi wahyaning mangsakala. Minangka purwakaning kandha, hanenggih pambukaning panyandra:

                    Kirabing Tumpeng Robyong ingkang apinda sekar kalparatu dewa ndaru. Ingkang sampun binayang saking marga, jengkar saking embaning Dampar Denta. Sigra manjing satengahing pahargyan.

                    (1) Minangka cucuking kang lumaksana; jejaka tumaruna sesilih; Janur Putra Katulistiwa. Sapecak mangu sapecak kendel, awit emut pangendikaning para nimpuna, rum kuncaraning bangsa; dumunung haneng luhuring budaya. Sang jejaka tumaruna enggala ngaturaken geguritan pambuka.

                    Janur mulai melangkah dengan ritmis, sembari membawa obor di tangan kanan dan secarik kertas berisi bait-bait geguritan, mulai membaca geguritan;

                    KIDUNG BUMI PERTIWI

                    Ibu bumi - bapa angkasa - nuswantara
                    Kepareng, ingsun anggurit sengkalan sawiji:

                    Mijile bayi merdika ing pangkone Njeng Pertiwi mencorong cahyane;
                    sumunar anelahi bumi gung ing pancere zamrut katulistiwa
                    Tamansari kusumaning bangsa sumare pra bantening jurit kang wus anuraga
                    Samya suminggah angidung tembang suci;
                    Ibu Pertiwi, ibu pertiwi, ibu pertiwi...

                    Lumakuning lakon reroncening sujarah wus rinakit dening pra sujana
                    Lelandhesan kasunyatan, linambaran sucining pangesthi
                    Tan kengguh ing apa wae jer maksih ginebeng prabawane Sang Pangeran
                    Sinawung suci murnine rasa jati nggennya samya ngabdi mring sesamining dasih
                    Nunggal lakon, nunggal rasa, nunggal prihatin

                    Jantraning sujarah trus lumaku,
                    Tan rinasa wisaning panggodha wiwit kumrembyah
                    analusup mrana-mrene datan katon
                    Lumebu galihe pra ambeg nistha
                    Akekududhung pangiming-iming agunging brana

                    Ing ngendi-endi tinaretes gebyaring pangalembana;
                    Blereng paningale,
                    blereng rasane
                    Musna kamanungsane,
                    Purwaduksina wus oncat saking kapribadene

                    Saiki…
                    Kedhatone Njeng Pertiwi peteng ndhedhet lelimengan;
                    Aluse drupiksa banaspati, engklek-engklek balung atandhak
                    Jejogetan memba-memba ledhek tayub samya wuda
                    Pupu ginelar dhadha binuka, pawadon sinundhul puyuh
                    Panen keplok nyrobot bandha, surak-surak mawurahan

                    Budayane wus kuwalik
                    rasane mati
                    keladuk
                    keblinger

                    (2) Kasambung salajengipun; minangka panyumbuling pangarsa, ingkang kaprah winastan pratiwa manggala ya talang pati; pinaragan taruna muda sakembaran kang bagus warnane, kembar busanane: sesilih Cristian Eka Wijaya dalah Immanuel Candra Wijaya. ketingal polatan tajem; jumangkahe suku nut wiramaning gending ingkang kapiyarsa. Ing sawurinipun ketingal sapangombyong inggih punika para bebakal tarunaning bangsa: Deby, Neta, Rachel, Itok, Yoga, dalah Eka Anggaresta.

                    Dua orang anak bersama beberapa akan kecil maju sembari membawa bendera Merah Putih yang tengah berkibar di tiangnya….

                    Kumlebet angawe-awe, gendera gula klapa katiuping maruta. Abang mbranang pindha kencenging tekat, putih memplak pindha sucining sedya. Datan mangro tingal: hamung abang-putih kang ngrenggani angkasa nuswantara.

                    Ngelingi labuhing pra kusumaning bangsa, ingkang sampun soroh jiwa raga mrih rahayuning nusa bangsa. Prayoga den kaesthi; Sadumuk bathuk sanyari bumi, den labuhi kanthi wutahing ludiro; Jaya Indonesia. Indonesia tansah Jaya!!!

                    (3) Kasambung ing sawurinipun; minangka patahing kirab; wonten pawestri ingkang maksih timur sesilih Nastiti Lamsri Slaganingrum. Ketingal glewo-glewo kaya golek kencana, ngagem busana pinjung edi peni; kinalungan sekar rinonce miwah sangsangan kencana tumibeng pamidangan; asri dinulu hanengsemaken ingkang sami mulat. Datan kendel risang pawestri hanyekar Maskumambang;

                    Kamardikan kang uwus kita rungkebi
                    Uruna mring nusa
                    Nadyan dudu bulu bekti
                    Prayogane melu njaga

                    Gending Ibu Pertiwi dari CD dibunyikan….

                    (4) Ketingal dampyak-dampyak kanthi lumaku baris lampah lon-lonan; sabregada para muda tumaruna kampung Kandangsapi hanjok saking tepis wiringing ardi, gumarojok tanpa larapan kanthi hambopong ‘Tumpeng Robyong’

                    Sigra mlampah sang tumpeng sinangga wakul
                    Para muda kang njageni
                    Ing ngarsa miwah ing pungkur
                    Tanapihing kanan kering
                    Sang tumpeng lampahnya alon

                    Tumpeng yang di tampah (alat penampi beras) ditaruh diatas meja kecil dan diberi dua potong bambu untuk pemikul. Tumpeng dan meja itupun dihias dengan pernak-pernik merah putih, sungguh heroik….

                    Sinten ta pager ayu dalah jejaka tumaruna ingkang kapatah ngirap Tumpeng Robyong punika;

                    Sabregada pager ayu pangarsaning lampah ingkang ketingal gandes luwes marak ati pinagan dening: Nanda Berliana Purwanti, Erlinda Novitasari, Clara Oktaria dalah Retno Ning Handayani.

                    Wondene jejaka tumaruna dasar gagah pideksa; polatan sumeh ketingal tajem, kaparagan hamboyong tumpeng, ketingal; Iswara Aji Herlambang, Dedy Ali Musyanto, Yusi Suhartono dalah Andika Supriyanto.

                    Ginarubyuk para putri kang apindha dhomas, kaparagan dening; Yesica Leodora, Ester Magdalena, Windi Kurniawati dalah Maria Christonia Ciptorini.
                    Ketingal luwes anggennya nyawuraken sekar telon ingkang dados pasemon mugi handadosaken rum kuncaraning kampung Kandangsapi.

                    Salajur sisih, tata ning lumaksana pangirabing Tumpeng Robyong ketingal dampyak-dampyak pindha sulung harebut marga; dinulu asri pindha robbing jalanidhi.

                    Dene pethiting kang lumaksana; inggih punika para bebakal bayangkarining praja, kaparagan dening; Sandra, Donik, Putri, Yanu, Prasetyo dalah Danik.

                    Punapa ta werdinipun Tumpeng Robyong dalu punika:
                    Janur kuning kang rineka janma, katelah sinebat Panjang Ilang, isinipun pisang ayu satangkep, kinang sakenyah, sekar sapelik; ing piwulang luhur den wastani Sanggan.
                    Ing wudharing panjang ilang, rawe-rawe rantas malang-malang putung, sah sampurna jantraning sedya.
                    Tumpeng Golong, mujudaken pasemon tansah enget dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung; wujud tumpeng pindha wukir pasemon golong-giligipun warga kampung Kandangsapi, kacihna sampun nyawijekaken cipta rasa karsanipun saha asung pandonga suci mring ngarsaning Gusti amargi sampun pikantuk kanugrahan arupi kamardikan.
                    Robyong ingkang rinakit saking kehing olah pasiten kapinda sekar kalparatu dewa ndaru; pasemon karaharjan lan kemakmuran. Kathi pangesthi karaharjan lan kemakmuran mugi tansah cumondhok ing kampung Kandangsapi ing salajelingipun tumuntena murah boga wastra.

                    Ketingal hamari kelu sedaya ingkang samya sinewaka; linambaran rasa pangrasa datan kentun ngulukaken angidung pandonga suci;
                    Dhuh Gusti, kawula nyuwun, mugi keparenga Paduka paring berkah saha paring pangayoman dhumateng nagari Republik Indonesia supados nagari Republik Indonesia tata tentrem, gemah ripah, kerta raharja, dadosa nagari ingkang santosa, jaya, tuwin kuncara ing bawana.

                    Dhuh Gusti, kawula nyuwun, mugi keparenga Paduka paring pepadhang tuwin tuntunan dhumateng para pengagenging nagari, para nayakaning praja, para bayangkari nagari supados sami saget nindakaken darma bhaktinipun dhumateng nagari; ingkang anjalari raharjaning nusa, bangsa, tuwin nagari kita Republik Indonesia.

                    Jejeg jumangkah, jajag jumujug kang jinangka, raharja ingkang samya sinedya. Kasigeg tumakaking adicara kirab.

                    Kirab Tumpeng untuk sementara waktu menunggu, jeda. Pembawa Acara mulai melanjutkan acara yang rutin dilakukan pada Acara Malam Tirakatan; Menyanyikan Lagu Indonesia Raya (Biarlah di Gedung DPR tidak berkumandang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, namun dikampungku Lagu Indonesia Raya berkumandang dengan kidmadnya), Pembacaan Pancasila, Sambutan Pak RT dan Pak RW, Menyanyikan Lagu-Lagu Perjuangan dan Do’a.
                    Kirab Tumpeng dilanjutkan….

                    Suruping Sang Yang Arka, gumantosing dalu. Datan wonten jroning ratri ingkang cinarita amung Sang Yang Candra ingkang mijil saking Pratala arsa marbawani ing jagad raya.

                    Amastuti wasita adi, sabdaning para winasis; dupi wus dumugi wahyaning mangsakala, dhumawahing nugraha saking Gusti Ingkang Maha Kawasa.

                    Mangkana ta wau, ingkang hamengku karsa nun inggih Bapa Suratman, kasumbul sawuripun nun inggih Ibu Suratman, Bapa Slamet PR saha Bapa Kasmudji sigra jumangkah hanetepi darmaning bebrayan agung; wigati hamberat sakathahing durgama jer katemben anggenira ngrumpaka Tumpeng Robyong. Sumangga nun.

                    Pak RT didampingi Bu RT, Pak Slamet dan Pak Kasmudji maju kedepan dan selanjutnya memotong tumpeng….

                    Wus tinigas lunging tumpeng, tinon sumunar cahya merbawani kangya pra seba; ingkang esthinira hambengkas saliring durgama, gudha rencana, bengkas saru siku, sarta anyenyandang dhumawahing nugraha raharja bagya mulya, jumbuh kang sarwa ginayuh, dadi kang sami kaesthi.
                    Tulus lestari gya kapasrahaken dhumateng catur muda tumaruna ingkang dados pasemon sarining: pratiwi, hagni, tirta, miwah bayu.

                    Lung tinampi punika kinanthen sedya mugya para muda tansah mersudi reh kasarasan, kawasisan, ketrampilan, kagunan, miwah kasusilan suba sita sarta tatakramanipun.
                    Putra putri ginadang dadya wiji; dewasa, seger saras jiwa raga, wasis trampil, prasaja, anggung ginunggung gumbira, miwah susila anuraga.

                    Datan katalumpen Bapa Suratman tansah ngelingake; menawa para warga mligine para muda duwe wajib; rumeksa karaharjan lan memayu kayuwanan sarana laku merangi kala murka, ambrastha dur angkara.

                    Genepe malah ana limang perkara:
                    Sepisan; Rumeksa raharjaning praja bumi kelahiran,
                    Kaping pindho; Ngayomi para Wiku Pandhita Resi Ulama kang padha ulah pudya mesubrata,
                    Kaping telu; Trisna ing bangsa, lan welas asih mring kawula dasih,
                    Kaping papat; Setya tuhu ing janji, netepi sabda kang wus kawedhar,
                    Kaping lima; Tunduk ing bener adhedasar adil.

                    Nulada laku utama
                    Tumraping wang tanah jawi
                    Wong Agung ing Ngeksiganda
                    Penembahan Senapati,
                    Kepati amarsudi
                    Sudane hawa lan nepsu,
                    Pinesu tapa brata
                    Tanapihing siang ratri
                    Amemangun karyanaktyasing sasama.

                    Para rawuh kakung sumawana putri, kula ingkang hambiwarakaken lampahing tatacara Tirakatan mengeti Ambal Warsa Kamardikan Republik Indonesia ingkang kaping 64 ing kampung Kandangsapi talatah Surakarta Hadiningrat; kula nglenggana kathah atur kawula ingkang mboten handamel rena miwah sarjuning penggalih panjenengan; Kirang jangkeping atur, kaladuk tuwin lepating pangroncening tembung, ukara miwah basa, mugi ampun andadosaken kiranging pamengku. Hamung tinadah mbaludaking pangaksama.
                    Pepuntoning atur kinanthenan sesanti; Gangga gangga tri gangga, durga mendhak kala sirna, hayu – hayu - rahayu ingkang samya pinanggih.

                    Nuwun, nuwun, matur nuwun.

                    Malam semakin beranjak. Namun; anak-anak masih tetap bersemangat, tamu undangan, karang taruna, warga dan penonton masih setia menunggu hingga acara berakhir….
                    Aku yang meracik dan ‘menjadi dalang’ dalam acara malam ini cukup terharu atas atensi semuanya; anak-anak yang bersedia menjadi pelaku, Pak RT, Pak RW hingga warga yang dengan sukarela membantu agar acara ini sukses.
                    Itulah ‘sesuatu’ tentang arti kemerdekaan, nasionalisme, cinta tanah air yang dapat aku tanamkan kepada anak-anak di kampungku….

                    Dirgahayu Indonesia; Jayalah Negriku, Sejahteralah Bangsaku….

                    MERDEKA!!!

                    Kemiskinan, Mengubah Paradigma

                    Motivasi dan pemahaman warga masyarakat terhadap PNPM Mandiri Perkotaan ibarat rintik hujan. Kadang hadir dengan deras berbarengan gelegar petir, kadang rintik-rintik tipis seperti embun. Faktor penyebab perbedaan pemahaman dan naik turunnya motivasi warga adalah perbedaan visi tentang penanggulangan kemiskinan itu sendiri.

                    Perbedaan dan permasalahan yang melingkupi pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat merupakan dinamaika yang harus disikapi secara arif oleh semua pihak. Perubahan dalam setiap sisi kehidupan tentu akan menimbulkan pro dan kontra serta akan menimbulkan berbagai polemik baru, apalagi perubahan menuju sebuah tatanan baru demi kebaikan maka tingkat permasalahan dan kendalanya akan semakin kompleks.

                    Di dataran Pemerintah Kota Solo sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal regulasi dan kebijakan terhadap PNPM Mandiri Perkotaan terlihat masih ada unsur kepentingan politis dengan dalih; bahwa Pemkot telah memiliki program tersendiri untuk menanggulangi kemiskinan. Hingga dana pendampingpun yang sebesar 50% sebagai prasyarat kesanggupan Pemerintah Kota Solo menerima PNPM Mandiri Perkotaan masih dilakukan tarik ulur dalam bentuk sharing programe berupa; Dana Operasional Posyandu Balita/Lansia, Program Makanan Tambahan Posyandu Balita/Lansia, dan Renovasi Rumah Tidah Layak Huni (RTLH).

                    Bila ditilik dan dipahami dari kaca mata model penanggulangan kemiskinan yang ditawarkan PNPM Mandiri Perkotaan maka dana pendamping yang berbentuk sharing programe layak dipertanyakan karena: (1) Bersifat Top down bukan Buttom up, sehingga program yang ditawarkan Pemkot belum tentu sesuai kebutuhan masyarakat (2) Sharing programe jelas-jelas tidak sesuai dengan esensi PNPM MP (3) Menutup kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi/ menentukan kebijakan (4) Dana operasionalnya bagaimana?

                    Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman Pemerintah Kota terhadap PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri, kasus yang terjadi di Kota Solo merupakan bukti bahwa otonomi daerah masih dipahami pemerintah kabupaten/kota sebagai kewenangan absolut tanpa batas dan kompromi, hingga akhirnya terkesan menghasilkan ‘raja-raja’ kecil.

                    Pemerintah Kota Solo terlihat tidak memberi kesempatan warga untuk menentukan kebutuhannya dan masih memandang warga masyarakat sebagai obyek pembangunan. Ternyata, paradigma lama masih mengakar di daerah walaupun Era Reformasi telah beranjak menuju tahun ke-11. Kondisi inilah yang menjadi penghalang utama bagi penerapan PNPM Mandiri Perkotaan di daerah, sehingga transformasi sosial yang diharapkan menjadi output maksimal PNPM Mandiri Perkotaan nampaknya tidak akan berjalan mulus.

                    Kondisi serupa juga terjadi di tingkat Basis/RT/RW walau dalam bentuk dan porsi yang berbeda. Masyarakat telah terpola dengan model pembangunan instan sehingga dalam setiap pengambilan keputusan tergesan pragmatis dan cari gampangnya saja.
                    Sebagi contoh adalah pelaksanaan Pemetaan Swadaya (PS), Pemetaan Swadaya merupakan tahapan dari PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan oleh warga masyarakat tingkat Basis/RW (Tim PS) dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang kondisi realita yang ada saaat ini dan upaya membangun kesepakatan mengenai kondisi ideal yang ingin dicapai.

                    Pemetaan Swadaya seyogyanya dilakukan secara menyeluruh (integrated) dan tidak sepotong-sepotong serta melibatkan warga masyarakat, karena PS menjadi dasar atau landasan utama dalam upaya penanganan kemiskinan, sekaligus sebagai blue print bagi Pengurus RT/RW dalam menentukan arah pembangunan warganya. Itu pada dataran ideal, namun pelaksanaan di lapangan ternyata terjadi distorsi yang cukup jauh. Pemetaan Swadaya hanya dipandang sebagai sebuah usulan ‘keinginan’ warga di tingkat Basis/RT/RW bukannya kajian yang terpola sehingga menghasilkan output berupa kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

                    Ironisnya, Pemetaan Swadaya hanya dilakukan Ketua RW secara serampangan dalam waktu tidak lebih dari satu jam. Sehingga lumrah ketika out put kajian tertera usulan pembuatan gapura!

                    Sosialisasi yang telah dilakukan maupun tahapan-tahapan selanjutnya walau telah dilakukan nampaknya belum memberi pemahaman kepada masyarakat akan hakekat PNPM Mandiri Perkotaan. Konsep Tridaya; Pembelajaran, Kemandirian dan Pembangunan Berkelanjutan belum dipahami masyarakat sebagai sebuah kesatuan yang utuh, masyarakat masih memandang PNPM Mandiri Perkotaan sebagai sebuah program bagi-bagi uang, Jaring Pengaman Sosial (JPS) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk kelompok, tanpa memperhatikan proses maupun kaidah-kaidah yang benar.

                    Alasan klasik menjadi pembenaran; tidak adanya dana pendamping untuk tingkat Basis! Motor penggerak PNPM Mandiri Perkotaan seperti Pengurus RT/RW, Relawan maupun kelompok peduli merasa keberatan bilamana harus mengumpulkan warga untuk melakukan rembug warga maupun diskusi kelompok (FGD). Karena untuk mengumpulkan warga masyarakat rasanya akan sulit (sungkan) apabila tidak diberi jamuan semisal minuman dan makanan ringan.

                    Beberapa cara perlu dicoba untuk meluruskan paradigma tersebut, diantaranya melalui; (1) Pembuktian bahwa PNPM Mandiri Perkotaan merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat yang ideal untuk mendorong masyarakat menemu kenali masalahnya dan sekaligus mencari pemecahan permasalahan yang dihadapinya. (2) Informasi lisan maupun melalui media tulisan berupa bulletin Warta Mandiri secara terus menerus, sedikit demi sedikit diharapkan pemahaman tentang PNPM Mandiri Perkotaan dapat tercapai. (3) Melakukan loby-loby dengan pihak-pihak berpengaruh dan tokoh masyarakat di tingkat kelurahan untuk secara bersama-sama mendorong masyarakat turut berpartisipasi dalam penanggulangan kemiskinan.

                    Kelurahan Jebres dengan penduduk dewasa hampir mencapai 23.000 jiwa yang tersebar di 36 Basis/RW merupakan wilayah kerja yang cukup luas. Bila diasumsikan 15% penduduknya masuk kriteria KK miskin, maka butuh tenaga, swadaya dan waktu yang ekstra untuk menangani masalah kemiskinannya. Permasalahan utama; makin minimnya tingkat kepedulian diantara warga sehingga sikap pragmatis dan individualistis cukup mendominasi sikap kehidupan masyarakat sebagai representasi sikap negatif bangsa Indonesia yaitu sikap hidup yang tidak suka bekerja keras, kecuali kalau terpaksa. Sikap-sikap itu menggambarkan bahwa manusia Indonesia menyenangi hal-hal yang instant dan cari mudahnya saja.

                    Civil society sebagaimana diidealkan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan model pembangunan yang perlu dikembangkan hingga masa mendatang. Untuk itu hendaknya pemahaman dapat diletakkan secara sejajar antara; negara yang kuat dan masyarakat sipil yang kuat pula. Kedua perpaduan itu ibarat sekeping mata uang; sama-sama penting untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dalam arti seluas-luasnya.

                    Negara yang kuat dibutuhkan untuk menumbuhkan efektifitas dan efisiensi performance yang dapat mendorong partisipasi masyarakat, serta bisa menjamin hak-hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kepentingan umum lainnya. Sedangkan masyarakat sipil yang kukuh mutlak diperlukan untuk menjadikan masyarakat yang sadar dan well informed, sehingga memahami hak-hak dan tanggung jawabnya, serta akan bertindak sebagai warga negara yang aktif.

                    Stephen R Covey, penulis buku The Seven Habits for Highly Effective People mangatakan: “Taburlah gagasan; petiklah kebiasaan. Taburlah kebiasaan; petiklah karakter. Taburlah karakter; petiklah hasil!”. Artinya untuk memperoleh hasil maksimal dalam penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara instant dan serampangan. Dibutuhkan habit (pembiasaan) yang dilakukan berulang-ulang konsisten dan berkesinambungan.

                    Pengikut

                    ShareThis

                    Pambuka


                    Blog ini ditayangkan untuk mengasah idealisme saya tentang; kebangsaan, kerakyatan, budaya, silaturahmi dan hal-hal kecil yang 'mungkin' sama sekali tidak penting alias ecek-ecek. Sekaligus untuk curah pendapat bagi siapa saja yang sempat mampir. Semoga kearifan lokal tidak dilupakan...
                    Sumangga katuran pinarak...