Lift-off roket Saturn V, membawa astronot Neil Armstrong, Michael Collins, dan Edwin "Buzz" Aldrin Jr, bersama dengan £ 6.700.000 (3.039.000 kg) bahan bakar dan peralatan ke langit Florida, menuju Bulan, pada tanggal 16 Juli 1969.
Keheningan malam kampung yang berbukit dan gersang serta rimbun dengan barongan ori --pohon bambu-- dan berada 200 meter di sisi barat jalan lingkar (ring road) menuju Karanganyar itu terusik oleh rentetan tembakan dan dentuman bom. Lebih dari 5 jam penduduk Kampung Kepuhsari dicekam ketegangan.
Dan ketika pagi mulai merekah, mereka mendengar kabar Gembong Teroris yang diburu Densus 88 hampir 10 tahun, Noordin M Top telah mati diterjang peluru dan ledakan bom yang dirakitnya. Ya, kampung yang berada di ujung utara dan bampir berbatasan dengan kabupaten karanganyar itu adalah Kampung Kepuhsari Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
Kecamatan Jebres adalah kecamatan terbesar diantara 5 kecamatan yang ada di KotaSurakarta. Kecamatan Jebres memiliki 11 kelurahan; Mojosongo berada diujung utara, Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Sudiroprajan, Kepatihan Wetan, Kepatihan Kulon, Purwodiningratan, Sewu, Gandekan dan Pucangsawit.
Pelarian buronan paling dicari di Indonesia, Noordin M Top akhirnya terhenti pada Kamis (17/9) pagi. Dalang sejumlah aksi terorisme itu tewas diberondong timah panas tim Densus 88 dalam penyergapan sebuah rumah di Kampung Kepuhsari RT 03/RW XI, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.
Akhir perburuan Noordin berawal dari penangkapan dua orang anggota Kelompok Urwah dan Aji. Pukul 11.30, petugas menangkap Rohmad Puji Prabowo alias Bejo di Pasar Gading, Solo. Rohmad pun diinterograsi, dan dari sini, petugas menangkap Supono alias Kedu pukul 15.00. "Interograsi berjalan di lapangan dan alhamdulillah, dua orang ini memberi petunjuk, di Kampung Kepuhsari ada beberapa orang pelaku teror yang ada di sana. Rumah itu adalah rumahnya Susilo alias Adib," ujar Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta.
Kemudian, pukul 23.30 petugas mengevakuasi masyarakat sekitar rumah itu. Setengah jam kemudian, pukul 12.00, petugas mencoba mendobrak pintu. Namun, petugas langsung disambut dengan tembakan. Mereka pun mundur dan meminta lima orang yang berada di dalam rumah itu untuk menyerahkan diri. Namun, hal itu tetap disambut dengan berondong tembakan yang diikuti teriakan heroik. Petugas tak mau ambil risiko dan melakukan perlawanan.
"Mereka tetap tidak mau menyerahkan diri. Ada sepeda motor di rumah tersebut, karena terkena tembakan, akhirnya meledak. Mereka berusaha mengamankan diri di kamar mandi. Anak-anak lalu melakukan breaking wall," ujarnya. Beberapa saat kemudian, pada Kamis pagi, kelima orang di dalam rumah itu berhasil dilumpuhkan.
Saat mengevakuasi tersangka dan diperkuat dengan hasil forensik, polisi mengetahui identitas kelima tersangka. "Alhamdulillah, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, pelaku pengeboman Kedubes Australia yang pernah dihukum tujuh tahun dan empat tahun hukuman percobaan sekaligus orang yang mempersiapkan bom di Jatiasih, bisa dilumpuhkan. Dia pernah diketahui di Solo, tapi karena pemberitaan media, dia lepas. Satu korban tewas Urwah ini merupakan ahli pembuat bom. Ini yang melegakan kita salah satunya," ucapnya.
Lalu, ada Hadi Susilo sang penyewa rumah tersebut. Dia juga dievakuasi dalam keadaan tewas. Petugas juga menemukan murid langsung dr Azhari, Aryo Sudarso alias Aji. Sementara itu, korban yang selamat adalah istri Susilo, Munawaroh. Wanita yang sedang hamil itu telah dievakuasi ke RS Kramat Jati Polri karena mengalami luka tembak.
"Terakhir, telah kami periksa dari data antemortem dan sidik jari yang dikirim dari PDRM Police Diraja Malaysia, alhamdulillah dengan kebesaran Allah, dari minimal 11 titik kesamaan pada masing-masing jari, kami menemukan 14 titik kesamaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Ke-14 titik ini identik dengan DPO yang kita jadikan target. Dia adalah Noordin M Top!" kata Kapolri. Namun, lanjut dia, ini bukanlah akhir dari perburuan Polri. Sebab, masih ada teroris lain yang berkeliaran di luar.
Namun, dengan tewasnya Noordin M Top, minimal terorisme di Indonesia akan butuh waktu yang lama untuk menggalang kekuatan. Bahkan, masyarakat berharap dengan terbunuhnya Gembong Teroris dari Negri Jiran itu, terorisme di Indonesia akan segera berakhir.
Label: jebres , kepuhsari , noordin m top , teroris
Label: djarum , gudang garam , mahfud md , spanduk
Dimatamu masih tersimpan selaksa peristiwa
benturan dan hempasan terpahat dikeningmu
kau nampak tua dan lelah
keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
bahumu yang dulu kekar
legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah,
dalam hening sepi ku rindu
untuk menuai padi milik kita
tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
anakmu sekarang banyak menanggung beban.
Lantunan merdu lagu berjudul Titip Rindu Buat Ayah dari Ebiet G Ade memecah keheningan tengah malam. Lagu itu serasa menghantar butir-butir kenangan dan pendar-pendar rasa rindu akan sosok yang selama ini aku kagumi. Dimataku dia adalah sosok yang hebat...
Benar, dia adalah ayahku; H. Soeparno Hadimartono, BA. Dia bukan seorang pejabat publik, saudagar ataupun pejabat tinggi. Dia hanya seorang guru! Ya guru sebuah sekolah dasar di sebuah desa terpencil, Sokoboyo. Desa Sokoboyo berada disebelah utara sekitar 9 km dari kota Kecamatan Slogoghimo Kabupaten Wonogiri.
Dalam usianya yang menginjak 73 tahun, aku meyakini dia telah menyimpan perjalanan hidup yang panjang dan penuh makna. Dan hingga kini, dia masih tampak segar dan masih melakukan aktifitas yang cukup berat seperti dangir di kebun, ngarit pari di sawah maupun mengurusi rekan-rekannya pensiunan di PWRI Kecamatan Slogohimo dalam memperoleh hak dana pensiun dan berbagai hal administrative lainnya. Kadang sampai seminggu 2-3 kali harus bolak-balik Slogohimo-Solo mengurusi proses situ.
Semua itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas, mengalir tanpa beban. Mungkin itulah salah satu resepnya dalam mengisi waktu pensiun disamping kegiatan keagamaan yang hampir tak ada putusnya.
Kenangan ini aku tulis sebagai sebuah bhakti dan pengakuan bahwa dari sosoknya, aku menemukan sebuah pemaknaan hidup.
Jiwa seni yang aku miliki tidak lepas dari didikannya, maklum dia juga seorang guru menggambar di SMP Donoloyo, jiwa kreatifitas yang aku punya juga tak lepas dari gemblengannya. Dulu saat aku masih duduk di sekolah dasar, ketika bapak ada tugas membuat backdroop –tulisan dilayar untuk suatu acara di kecamatan-- aku sering diajak dan dilibatkan, seperti menggunting huruf dan menempelkan huruf itu di kain.
Sadar atau tidak, proses itulah yang telah membentuk aku menjadi seorang desain grafis.
Jelang ulang tahun Perkawinan Emas, Pebruari tahun 2010, aku sangat-sangat berharap anak-anaknya; Heny Rahayu, Wiyono Undung Wasito, Lilis Prastiwi, Amrih Mulyono, Kun Prastowo, Adhi Lukito dan Anin Saptantri bisa mendokumentasikan semangat dan filosofi perjalanan hidupnya dalam sebuah buku.
Ya, sebuah Biografi! Sebagai kado ulang tahun Perkawinan Emas;
H. Soeparno Hadimartono, BA – Hj. Sulamsini, BA.
Label: anak , ayah , donoloyo , ebiet g ade , slogohimo
Begitu juga Keris, Angklung, Batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya hingga Lagu "Rasa Sayange" yang berasal dari Ambon, dan Lagu "Es Lilin" asli Sunda.
Mendatang bisa jadi ukir dan arsitektur-nya, bahkan suatu saat bisa jadi ideology kita yang akan diklaim milik mereka, bisa jadi to?!!
Budayawan, Radhar Panca Dahana, mengatakan pengklaiman budaya
Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.
Sedangkan negara lain, seperti
Untuk itu, kedepannya agar
Banyak perspektif yang perlu kita cermati dari kasus ini adalah;
Pertama, budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa dari sebuah masyarakat yang tidak serta merta ada (ujug-ujug) namun melalui proses yang panjang. Ketika sebuah budaya diklaim sebagai milik suatu masyarakat (baca; negara), maka masyarakat tersebut harus bisa membuktikan keberadaannya. Masyarakat
Kedua, Urat malu bangsa
Ketiga, sebuah kenyataan bahwa sebagai sebuah bangsa yang berbudaya kita justru tidak mempedulikan kebudayaan kita sendiri, hal ini terbukti justru bangsa lain yang mencoba memperkenalkan. Kini saatnya semua warga masyarakat
Keempat, Sebagai refleksi: Sebuah contoh kecil; apakah masyarakat Jawa masih ingat budaya Brokohan, Tedak Siten, Tembang Mocopat, dan tradisi budaya lainnya? Apalagi dalam hal berpakaiaan. Masyarakat kita sekarang sudah modern! Malu kalau menggunakan simbul-simbol budaya lokal! Tapi mengapa terusik ketika budayanya diklaim oleh bangsa lain? Mengapa kita juga tidak malu memakai cawet, kotang, t-shirt, kemeja, celana panjang ataupun jas? Padahal jelas semua pakaiaan itu bukan budaya kita?! Nah…
Kelima, semua permasalahan itu adalah tugas pemerintah! Bukan tugas masyarakat! Tugas masyarakat adalah melestarikan, menghayati dan mengaktualisasikan dalam segi-segi kahidupan. Bolehlah, masyarakat berpendapat, menjadi minyak, bensin atau malah TNT! Namun yang meledakkan dan punya laras panjang adalah pemerintah! Jangan benturkan masyarakat
Kita tunggu; apakah pemerintah masih punya rasa idealisme, harga diri dan nasionalisme dalam masalah ini….
Label: budaya , jawa , malaysia , reog , tari pendet
(Dening; Kun Prastowo)
Thit … thit…. thiiirrr….
emprit ganthil ngidung ing pucuke wit pring
temlawung
merbawani
asung pratanda
tumekaning pati kang durung pinasthi
dudu patine Mbah Wiro, kang wus puput ing yuswa
dudu patine Lik Sonto, kang nandang papa cintraka
Emprit gantil ngabarake patine geni!!!
Geni sing murup ono dadahne para mudha
Geni sing kudune murub makantar-kantar kuwi wis MATI!!!
Ora mokal;
wegah gumregah tumandang gawe
wegah kangelan
golek kepenake dhewe
Thit … thit…. thiiirrr….
emprit ganthil nelangsa ing pucuke wit nangka;
nelangsa, ngangga angga
Emprit Ganthil nangisi kahanane Ibu Pertiwi
dudu katentreman lan kemakmuran kang onjo
ananging reregan kang sundul ing ngawiat
rasa pangarasa kang katiup ing maruta
jarah rayah saya ngembyah
tatanan bubrah
Thit … thit…. thiiirrr….
emprit ganthil miber
sinambi nangis tanpa luh
pingin mencok ing pucuke wit semboja
tengahing kuburan, sak pinggiring desa….
Dhandhanggula:
(Dening: Kun Prastowo)
Guyub rukun dadi sedya suci
Warga Jebres tlatah Surakarta
Ki Tamso iku lurahe
Rukun sedayanipun
Anjalari santoseng budi
Laras budaya Jawa
Jumbuh kersanipun
Pepoyaning kautaman
Iku yekti tuladha tentreming ati
Kudu tansah dijaga
Warga Jebres ayo enggal bangkit
Mangun praja raga klawan jiwa
Kuncara dadi ancase
Lambaran guyub rukun
Hasta brata jiwa pribadi
Manjing dadi budaya
Ing bebrayan agung
Pangarsa klawan kawula
Eling marang sangkan paraning dumadi
Golong gilig ing sedya
Hasta brata watak kang sejati
Nora beda perbawaning alam
Surya candra kartikane
Haminda yektinipun
Sangkan parang jati Illahi
Nurut budaya jawa
Bumi geni banyu
Kalawan angin punika
Panguripan iku tan beda anasir
Luhur budi manungsa
Pralambange hasta brata yekti
Endra Yama Surya Candra dewa
Sumusup dadi jiwane
Kuwera klawan Bayu
Brama iku bathara agni
Baruna ya bathara
Banget tetep jumbuh
Nalusup ing raganira
Panutane pangarsa sagung dumadi
Sari pati piwulang
Label: dandanggula , hasta brata , jebres , mocopat , surakarta
(Pitutur kanggo anakku lanang)
Persaingan global menuntut sumber daya manusia yang pinunjul dan mumpuni, tidak saja secara dataran akademis namun kepandaian itu harus dipadu dengan kepribadian yang baik serta dilandasi ketaqwaan.
Waktu tlah berjalan begitu cepatnya, mak jegagik; pagi itu aku memasuki gedung wayang orang Sriwedari, bukan untuk nonton pertunjukan wayang orang, namun menghadiri Rapat Pleno Komite Sekolah SMP Negri 25 Surakarta. Rapat dilaksanakan di gedung itu karena gedung pertemuan sekolah sedang direnovasi.
Tanpa terasa, anakku lanang; Iswara Aji Herlambang telah duduk dikelas IX dan beberapa bulan lagi akan mengikuti Ujian Negara, bersaing, berkompetisi sekaligus berjibaku dengan kurang lebih 11 ribu siswa SLTP se Kota Surakarta!!!
Passing Grade nilai kelulusan UN yang terus meningkat; 5,50 (tahun 2008/2009) tentu akan kembali meningkat di tahun 2009/2010 mendatang. Hal ini tentunya menjadi salah satu perhatianku agar anak lanang lolos UN.
Cerita tentang anakku lanang: Iswara Aji Herlambang. Dia lahir pada tanggal 29 Nopember 1994 sekitar jam 08.30 WIB di Rumah bersalin Dr. Oen Kandangsapi Jebres, dia lahir ketika aku mencari pembicara ke Jogja untuk mengisi acara seminar --maklum ketika itu aku masih 'asyik' dengan dunia kampus-- sehingga kelahirannya tidak aku tunggui. Padahal ketika dia jelang lahir, orang rumah --mertua dan adik-adik ipar-- geger dan bingung karena harus menentukan operasi ketika sampai jam 08.45 si jabang bayi tidak juga lahir, karena ketika itu air ketuban sudah pecah....
Orang Jawa bilang; Asma kinarya japa, artinya nama adalah sebuah do'a dari orang tua. Maksud nama itu menurut intepretasiku adalah; iswara = pemimpin, aji = kemampuan (latar belakang aku memilih AJI, karena ketika itu lagi gandrung-gandrungnya dengan Aliansi Jurnalistik Independen, maklum bekas pers mahasiswa) dan herlambang = simbol-simbol air. Aku menggantung harapan anakku lanang kelak menjadi seorang pemimpin yang memiliki kepribadian seperti filosofi air. Pemimpin yang penghidupan --nguwongke uwong, pemimpin yang senantiasa mengalir ke bawah ataupun pemimpin yang berfikiran jernih, bening.
Kesempatan tidak datang dua kali!!! Itu yang selalu aku tekankan padanya, maka jangan sia-siakan kesempatan, jangan sia-siakan waktu.
"Mendingan mandi keringat saat latihan daripada bersimbah darah saat perang!!"
"Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian"
Kini semuanya tergantung padamu; mau sukses atau tidak, semua daya upaya ada pada kamu. Orang tua, sanak saudara dan kerabat hanya bisa memberi motivasi; bahwa kamu BISA!!!!
Harapan bapak yang aku titipkan melalui namamu merupakan harapan tertinggi yang ingin bapak lihat, ingin bapak banggakan....
Selamat berjuang....
Label: sriwedari , sumber daya manusia , surakarta , ujian
Sesuatu yang baru kadang membuat kita, jengah, kaget dan bahkan bingung! Kondisi ini akan dialami dimanapun dan kapanpun. Padahal, kita menemukan sesuatu yang baru tersebut secara berulang, sering…..
Justru kekagetan dan kebingungan itulah yang membuat sesuatu yang baru menjadi special, dan ternyata banyak orang yang memburu, mencari sesuatu yang baru itu hanya untuk kekagetan dan kebingungan secara massif…
Bahkan dalam salah satu iklan parfum menjadikan copywrite-nya dengan sebuah kata tegas; “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda!” Nah..
Kita ajukan contoh pertanyaan kecil; Apakah Anda kaget ketika pertama kali mendengar Mbah Surip meninggal? Apakah Anda kagum dengan Mbah Surip?
Kalau jawaban anda; Ya! Berarti Anda termasuk kelompok yang ‘tidak telmi’ dan ‘tidak bosenan’.
Kalau Anda bertanya kepada saya tentang pertanyaan tersebut, maka jawaban saya, jelas YA! Alasannya? Simple saja, kita telah kehilangan sosok yang dapat mengajak dunia tertawa dan mentertawakan dunia! Hua… haaa… haaa…… Mbah Surip adalah sosok yang sederhana dan konsisten dengan pilihan hidupnya, sementara Anda?!!!
Mbah Surip merupakan seniman Indonesia ‘pertama’ yang mampu mendulang sukses di usia senja-nya, dia juga seniman Indonesia ‘pertama’ yang berani menawarkan jenis musik yang jenaka dan apa adanya…
Satu hal lagi, dalam terminology bahasa Jawa, Surip terdiri dari dua suku kata; su + urip, su artinya indah, bagus atau baik, sementara urip berarti hidup. Maka, Surip berarti Hidup yang indah….
Hal ini merupakan pertanda alam?!! Dengan meninggalnya Mbah Surip, apakah hidup yang indah akan sirna juga dari Bumi Pertiwi?!
Sudah selayaknya, Anda yang masih memiliki kekagetan-kekagetan dan kekaguman-kekaguman bisa hidup tenang sembari menggantungkan harapan untuk senantiasa menjumpai kekagetan-kekagetan dan kekaguman-kekaguman itu…
Langkah besar dan kesuksesanpun juga bermula dari langkah pertama.
Nikmati hal yang pertama, yang baru dengan sepenuh hati….
Label: baru , bumi pertiwi , jawa , mbah surip , tawa
Label: 17 agustus , budaya , jebres , kandangsapi , surakarta , tirakatan
Motivasi dan pemahaman warga masyarakat terhadap PNPM Mandiri Perkotaan ibarat rintik hujan. Kadang hadir dengan deras berbarengan gelegar petir, kadang rintik-rintik tipis seperti embun. Faktor penyebab perbedaan pemahaman dan naik turunnya motivasi warga adalah perbedaan visi tentang penanggulangan kemiskinan itu sendiri.
Perbedaan dan permasalahan yang melingkupi pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat merupakan dinamaika yang harus disikapi secara arif oleh semua pihak. Perubahan dalam setiap sisi kehidupan tentu akan menimbulkan pro dan kontra serta akan menimbulkan berbagai polemik baru, apalagi perubahan menuju sebuah tatanan baru demi kebaikan maka tingkat permasalahan dan kendalanya akan semakin kompleks.
Di dataran Pemerintah Kota Solo sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal regulasi dan kebijakan terhadap PNPM Mandiri Perkotaan terlihat masih ada unsur kepentingan politis dengan dalih; bahwa Pemkot telah memiliki program tersendiri untuk menanggulangi kemiskinan. Hingga dana pendampingpun yang sebesar 50% sebagai prasyarat kesanggupan Pemerintah Kota Solo menerima PNPM Mandiri Perkotaan masih dilakukan tarik ulur dalam bentuk sharing programe berupa; Dana Operasional Posyandu Balita/Lansia, Program Makanan Tambahan Posyandu Balita/Lansia, dan Renovasi Rumah Tidah Layak Huni (RTLH).
Bila ditilik dan dipahami dari kaca mata model penanggulangan kemiskinan yang ditawarkan PNPM Mandiri Perkotaan maka dana pendamping yang berbentuk sharing programe layak dipertanyakan karena: (1) Bersifat Top down bukan Buttom up, sehingga program yang ditawarkan Pemkot belum tentu sesuai kebutuhan masyarakat (2) Sharing programe jelas-jelas tidak sesuai dengan esensi PNPM MP (3) Menutup kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi/ menentukan kebijakan (4) Dana operasionalnya bagaimana?
Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman Pemerintah Kota terhadap PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri, kasus yang terjadi di Kota Solo merupakan bukti bahwa otonomi daerah masih dipahami pemerintah kabupaten/kota sebagai kewenangan absolut tanpa batas dan kompromi, hingga akhirnya terkesan menghasilkan ‘raja-raja’ kecil.
Pemerintah Kota Solo terlihat tidak memberi kesempatan warga untuk menentukan kebutuhannya dan masih memandang warga masyarakat sebagai obyek pembangunan. Ternyata, paradigma lama masih mengakar di daerah walaupun Era Reformasi telah beranjak menuju tahun ke-11. Kondisi inilah yang menjadi penghalang utama bagi penerapan PNPM Mandiri Perkotaan di daerah, sehingga transformasi sosial yang diharapkan menjadi output maksimal PNPM Mandiri Perkotaan nampaknya tidak akan berjalan mulus.
Kondisi serupa juga terjadi di tingkat Basis/RT/RW walau dalam bentuk dan porsi yang berbeda. Masyarakat telah terpola dengan model pembangunan instan sehingga dalam setiap pengambilan keputusan tergesan pragmatis dan cari gampangnya saja.
Sebagi contoh adalah pelaksanaan Pemetaan Swadaya (PS), Pemetaan Swadaya merupakan tahapan dari PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan oleh warga masyarakat tingkat Basis/RW (Tim PS) dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang kondisi realita yang ada saaat ini dan upaya membangun kesepakatan mengenai kondisi ideal yang ingin dicapai.
Pemetaan Swadaya seyogyanya dilakukan secara menyeluruh (integrated) dan tidak sepotong-sepotong serta melibatkan warga masyarakat, karena PS menjadi dasar atau landasan utama dalam upaya penanganan kemiskinan, sekaligus sebagai blue print bagi Pengurus RT/RW dalam menentukan arah pembangunan warganya. Itu pada dataran ideal, namun pelaksanaan di lapangan ternyata terjadi distorsi yang cukup jauh. Pemetaan Swadaya hanya dipandang sebagai sebuah usulan ‘keinginan’ warga di tingkat Basis/RT/RW bukannya kajian yang terpola sehingga menghasilkan output berupa kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
Ironisnya, Pemetaan Swadaya hanya dilakukan Ketua RW secara serampangan dalam waktu tidak lebih dari satu jam. Sehingga lumrah ketika out put kajian tertera usulan pembuatan gapura!
Sosialisasi yang telah dilakukan maupun tahapan-tahapan selanjutnya walau telah dilakukan nampaknya belum memberi pemahaman kepada masyarakat akan hakekat PNPM Mandiri Perkotaan. Konsep Tridaya; Pembelajaran, Kemandirian dan Pembangunan Berkelanjutan belum dipahami masyarakat sebagai sebuah kesatuan yang utuh, masyarakat masih memandang PNPM Mandiri Perkotaan sebagai sebuah program bagi-bagi uang, Jaring Pengaman Sosial (JPS) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk kelompok, tanpa memperhatikan proses maupun kaidah-kaidah yang benar.
Alasan klasik menjadi pembenaran; tidak adanya dana pendamping untuk tingkat Basis! Motor penggerak PNPM Mandiri Perkotaan seperti Pengurus RT/RW, Relawan maupun kelompok peduli merasa keberatan bilamana harus mengumpulkan warga untuk melakukan rembug warga maupun diskusi kelompok (FGD). Karena untuk mengumpulkan warga masyarakat rasanya akan sulit (sungkan) apabila tidak diberi jamuan semisal minuman dan makanan ringan.
Beberapa cara perlu dicoba untuk meluruskan paradigma tersebut, diantaranya melalui; (1) Pembuktian bahwa PNPM Mandiri Perkotaan merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat yang ideal untuk mendorong masyarakat menemu kenali masalahnya dan sekaligus mencari pemecahan permasalahan yang dihadapinya. (2) Informasi lisan maupun melalui media tulisan berupa bulletin Warta Mandiri secara terus menerus, sedikit demi sedikit diharapkan pemahaman tentang PNPM Mandiri Perkotaan dapat tercapai. (3) Melakukan loby-loby dengan pihak-pihak berpengaruh dan tokoh masyarakat di tingkat kelurahan untuk secara bersama-sama mendorong masyarakat turut berpartisipasi dalam penanggulangan kemiskinan.
Kelurahan Jebres dengan penduduk dewasa hampir mencapai 23.000 jiwa yang tersebar di 36 Basis/RW merupakan wilayah kerja yang cukup luas. Bila diasumsikan 15% penduduknya masuk kriteria KK miskin, maka butuh tenaga, swadaya dan waktu yang ekstra untuk menangani masalah kemiskinannya. Permasalahan utama; makin minimnya tingkat kepedulian diantara warga sehingga sikap pragmatis dan individualistis cukup mendominasi sikap kehidupan masyarakat sebagai representasi sikap negatif bangsa Indonesia yaitu sikap hidup yang tidak suka bekerja keras, kecuali kalau terpaksa. Sikap-sikap itu menggambarkan bahwa manusia Indonesia menyenangi hal-hal yang instant dan cari mudahnya saja.
Civil society sebagaimana diidealkan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan model pembangunan yang perlu dikembangkan hingga masa mendatang. Untuk itu hendaknya pemahaman dapat diletakkan secara sejajar antara; negara yang kuat dan masyarakat sipil yang kuat pula. Kedua perpaduan itu ibarat sekeping mata uang; sama-sama penting untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dalam arti seluas-luasnya.
Negara yang kuat dibutuhkan untuk menumbuhkan efektifitas dan efisiensi performance yang dapat mendorong partisipasi masyarakat, serta bisa menjamin hak-hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kepentingan umum lainnya. Sedangkan masyarakat sipil yang kukuh mutlak diperlukan untuk menjadikan masyarakat yang sadar dan well informed, sehingga memahami hak-hak dan tanggung jawabnya, serta akan bertindak sebagai warga negara yang aktif.
Stephen R Covey, penulis buku The Seven Habits for Highly Effective People mangatakan: “Taburlah gagasan; petiklah kebiasaan. Taburlah kebiasaan; petiklah karakter. Taburlah karakter; petiklah hasil!”. Artinya untuk memperoleh hasil maksimal dalam penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara instant dan serampangan. Dibutuhkan habit (pembiasaan) yang dilakukan berulang-ulang konsisten dan berkesinambungan.
Label: jebres , kemiskinan , pnpm mandiri perkotaan , solo , warga
Blog ini ditayangkan untuk mengasah idealisme saya tentang; kebangsaan, kerakyatan, budaya, silaturahmi dan hal-hal kecil yang 'mungkin' sama sekali tidak penting alias ecek-ecek. Sekaligus untuk curah pendapat bagi siapa saja yang sempat mampir. Semoga kearifan lokal tidak dilupakan...
Sumangga katuran pinarak...
Copyright 2009 - SoloMataJawa
Web Designer: Ray Creations. Sponsored by Web Hosting India & Web Design Company